JAKARTA, iNews.id - Diceritakan awalnya, saat Ali Moertopo pulang dari Amerika, Benny Moerdani ditugaskan untuk mengambil alih Operasi di Timor-Timur.
Saat kejadian itu, Ali Moertopo menjadi Deputi II Bakin dan memimpin Operasi Khusus (Opsus) dan memerintahkan Sugianto yang saat itu sudah menjadi Direktur Masalah Budaya dengan pangkat kolonel pada Juli 1974 untuk mengumpulkan data intelijen terkait kelompok-kelompok politik pendukung kolonialisasi Portugal dan pro-kemerdekaan.
Pelimpahan tugas itu setelah Ali Moertopo dikunjungi perwakilan kelompok Apodeti dari Timor Portugal.
Alhasil dari pergerakan intelijen Sugianto, sepulangnya Ali Moertopo dari Amerika Serikat memanggil Sugianto untuk menemui Benny Moerdani.
Dari laporan Sugianto mengatakan sebagian perwira Bakin melihat adanya kecenderungan sikap Benny yang mengubah pendekatan lobi politik menjadi aksi militer.
Namun hal tersebut terang saja dibantah oleh Marsekal Teddy Rusdy asisten Benny Moerdani di Badan Intelijen Strategis (BAIS).
Menurutnya, opsi militer diambil karena konflik di Timor Portugal semakin tak terkendali dan ada kecenderungan Uni Soviet sebagai negara komunis terbesar saat itu ingin menanamkan pengaruh nya di Timor Portugal melalui Fretilin
"Ini akan menjadi ancaman serius jika Indonesia tidak segera mengintegrasikan Timor Timur,” ujarnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait