Ditambahkan Abdul Manap, seiring waktu dan perkembangan kemajuan jaman, di era tahun 1980an kesenian burok yang akhirnya sering digunakan mengarak hajatan pengantin sunat, musik atau tabuh-tabuhan yang sejarah awalnya berupa genjring terbangan, mulai mengadopsi alat musik modern seperti seruling, gitar, organ dan lainnya, kesenian burok Cirebon sempat menjadi kesenian yang go nasional dengan memperkenalkan keseniam burok dangdut, saat itu H. Mustofa dari Desa Pakusambrn Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon memperkenalkan kesenian burok hingga di wilayah Jakarta, Lampung, Medan bahkan sampai ke Bali.
"Sejak saat itu kesenian burok dikenal dimana-mana dan daerah lain mulai melirik dan membuat kesenian burok dengan berbagai versi seni musik sesuai daerahnya, "jelasnya.
Lanjut menurut Abdul Manap, hingga saat ini kesenian burok masih belum ada yang menghak patenkan sehingga bisa saja kesenian burok akan diklaim oleh daerah lain, misal di Banjarharjo Brebes, mereka memgembangkan kesenian burok semenjak tahun 1926 meskipun pertamakalinya pesan membuat kepala burok dari Desa Kalimaro, saat ini kesenian burok sudah menusantara dan mereka mengembangkan dengan gaya musik daerahnya, kekhawatiran tersebut srlalu memghantui para seniman burok di Kabupaten Cirebon khususnya di wilayah Kecamatan Gebang, maka dalam setiap momen pagrlaran seni budaya dan haul Pangeran Sutajaya Gebang, kesenian burok selalu dimunculkan dengan menggelar tari kolosal burok sebanyak -banyaknya untuk menunjukkan bahwa Gebang memang asli asal kesenian burok dan hanya di Gebang yang bisa mengumpulkan burok sebanyak itu, bisa jadi tari kolosal 100 burok ini adalah tari kolosal burok terbanyak di dunia, karrna daerah lain belum tentu bisa mengumpulkan sebanyak itu, selain itu sebagai bukti kesenian burok asli dati Gebang, FKWSG memuncjlkan kepala burok yang pertama kali dibuat pada tahun 1920 oleh bapak Ta'al beserta alat musiknya.
"Kami berharap ada campur tangan pemerintah Kabupaten Cirebon agar Kesenian burok diakui secara sah dengan di hak patrnkan menjadi kesenian asli Kabupaten Cirebon, sebelum dicuri daerah lain. "harapnya.
Bupati Cirebon, H. Imron mengapresiasi dan merasa bangga jepada FKWSG yang secara rutin melestarikan nilai-nilai budaya lokal, karena kalau bukan diri kita sendiri siapa lagi yang akan melestarikannya, jika kegiatan ini bisa digelar secara rutin, bisa.saja kedepan akan menjadi sebuah destinasi wisata, di Gebang ada tokoh bernama Pangeran Sutajaya yang harus menjadi suri tauladan bagi anak-anak masabkini maupun masa mendatang, dengan adanya kegiatan ini maka sejarah dan auri tauladan Pangeran Sutajaya akan terus dikenang.
"Harapan kami dai Pemerintah Kabupaten Cirebon mengembangkan memunculkan budaya lokal yang diharapkan kedepannya bisa menjadi sebiah destinasi wisata di Gebang, "harapnya.
Senada juga disampaikan tokoh seniman dan budayawan Nasional, Gus Syauqi Ma'ruf Amin dalam kesempatan tersebut dirinya mengapresiasi kepada FKWSG yang eksis dalam upaya melestarikan budaya warisan leluhur, kegiatan ini audah secara rutin setiap tahunnya dan menjadi lebih baik dan pada tahun ini dirinya merasa terpanggil untuk hadir dalam Festival Seni Budaya Dan Haul Pangeran Sutajaya Gebang tahun ini, apa yang dilakukan FKWSG yang eksis melestarikan nilai-nilai seni budaya dengan mengadopsi kearifan lokal secara rutin, ini menjadi inspirasi untuk daerah lain, dan harus mendapatkan support atau dukungan dari pemerintah, karena menurutnya bahwa Budaya itu membentuk tradisi, tradisi itu merawat harmoni, harmoni menjaga lestari.
"harapannya ke depan menjadi sebuah destinasi wisata yang berbasis budaya, tinggal bagaimana mengintegrasikan dengan kearifan lokal yang ada baik dari sisi ekonomi maupun lainnya, "paparnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait