Saat itu, Tim RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) melakukan pembersihan di dalam kota Kecamatan Warmare. Siang harinya Tim RPKAD kembali ke Manokwari.Truk yang mengangkut pasukan harus melewati daerah perbukitan yang rawan terjadi pernyergapan.
Setelah berhenti di ketinggian, Tim RPKAD termasuk Sintong turun dari truk untuk melakukan orientasi medan. Sintong duduk bersebelahan dengan Kasi I/Intelijen Korem 171/Manokwari Mayor Vordeling yang sedang merokok. Tiba-tiba mereka ditembak oleh pemberontak dari jarak dekat yang hanya berjarak 6 meter dari arah jurang.
Beruntung, tembakan itu tidak mengenai kepala Sintong. Sebab pada saat bersamaan Sintong sedang menggaruk kaki yang digigit semut merah.
Aksi heroik juga dilakukan Prajurit Dua (Prada) Pardjo pada awal-awal perebutan Irian Barat pada 1961-1962. Peristiwa tersebut berawal ketika pasukan gabungan Kopassus bersama Pasukan Gerak Tjepat (PGT) yang kini bernama Korps Pasukan Khas (Paskhas) pasukan dipimpin Letnan Dua (Letda) Inf Agus Hernoto, diterjunkan ke dalam hutan rimba Papua.
Dalam upaya penyusupan, Pardjo bersama rekan-rekannya disergap pasukan Korps Marinir Kerajaan Belanda (Korps Mariniers) di daerah Fakfak. Karena kekuatan yang tak seimbang membuat pasukan gabungan terdesak. Berdasarkan instruksi yang diberikan pimpinan, jika kalah jumlah maka seluruh prajurit harus mundur ke dalam hutan.
Saat dalam keadaan tenang, pasukan gabungan ini pun keluar dari hutan untuk kembali melakukan penyusupan. Namun, pasukan gabungan ini dikejutkan dengan kondisi sebuah kampung yang telah rata dengan tanah akibat dibakar tentara Belanda.
Editor : Windi Trikusumawati
Artikel Terkait