KOTA CIREBON, iNews.id - Bubur suro sebagai slaah satu kuliner tradisional khas Cirebon tidak ditemukan di sembarang tempat, biasanya bubur suro ini hanya di buat satu tahun sekali pada saat bulan suro atau bulan Muharram saja.
Bubur suro yang bahan utama nya beras ini, Nampak istimewa karena dicampur dengan bahan-bahan alami seperi singkong, santan, ayam dan bahan-bahan lainnya sehingga bubur suro ini menjadi salah satu kuliner tradisional yang sangat di gemari khusunya untuk warga Cirebon dan sekitarnya.
Patih sepuh Kasultanan Kasepuhan versi Rahardjo Djali, Pangeran Panji Jaya Prawira Kusuma, mengatakan, dalam pembuatan bubur suro ada 3 bahan pokok yang tidak boleh dihilangkan yakni suro kependem (bahan baku yang berasal dari dalam tanah.red), suro releran (bahan baku yang menjalar di atas tanah.red) dan suro mantung (bahan baku yang ada di atas seperti buah-buahan.red).
"Contoh dari suro kependem itu diantaranya ubi-ubian, sedangkan contoh suro releran itu seperti ketimun, kacang panjang dan lain-lain, dan contoh suro mantung itu buah seperti jeruk Bali," ujar Pangeran Panji, Jumat (13/8/2021). 3 unsur bahan ini, menurut Pangeran Panji disatukan dalam satu tempat penyajian dan kemudian siap untuk di salurkan kepada seluruh masyarakat yang ada di sekitar Kraton.
"Sebelum di bagikan, biasnya ada ritual doa-doa dari keluarga Kraton, yang mana dalam doa ini intinya meminta kepada Tuhan yang maha esa agar masyarakat bisa dihindarkan dari mara bahaya sepeti kelaparan, wabah dan bahaya lainnya," terangnya.
Filosofi dari 3 unsur bahan tadi, menurut Pangeran Panji, adalah salah satu siklus hidup manusia yang mana manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah. "Sebanarnya ada filosofi nya dari 3 unsur bahan tadi, yang pertama dari dalam tanah, artinya kita manusia dilahirkan dari tanah, kedua berada diatas tanah, manusia lahir itu tidak memiliki apapun, dan di atas tanah mengandung makna kejayaan atau kedewasaan, setelah itu baru kembali ke tanah," jelasnya.
Pangeran Panji, berharap tradisi yang baik ini bisa terus dilestarikan khususnya untuk generasi muda, harus mulai mencintai adat, tradisi dan budaya nya sendiri.
Editor : Miftahudin