Tradisi Malam Selikuran di Cirebon, Damar Malam yang Mulai Punah

Tradisi yang biasa disebut malam selikuran ini masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat pada malam ganjil bulan Ramadan. Namun, saat ini tradisi tersebut sudah hampir punah.
Seperti penelitian di kawasan Pesisir Tuban, tradisi malam selikuran dikenal dengan tradisi colokan, yaitu kebiasaan membuat colok yang terbuat dari kain yang dililitkan di kayu-kayu kecil yang dicelupkan ke minyak tanah dan ketika waktu magrib tiba dibakar di sudut-sudut rumah.
Sayangnya tradisi ini di beberapa daerah sudah hilang dan diganti selamatan biasa di rumah-rumah.
Hal ini tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di Cirebon. Pasalnya, banyak anak-anak jaman sekarang yang tidak tahu bahwa setiap bulan Ramadhan ada tradisi Malam Selikuran atau Damar Malam.
Seiring dengan hadirnya listrik dan maraknya internet, serta petasan atau kembang api, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat Cirebon.
Bahkan untuk mendapatkan damar malam tidak lagi mudah. Tidak seperti dulu hampir di semua pasar menyediakan damar malam.
Karena itu pihak Keraton Kanoman masih tetap menjaga tradisi Ramadhan ini dari tahun ke tahun. Pelestarian budaya leluhur menjadi tanggung jawab bagi penerus keluarga di masa yang akan datang.
Keluarga keraton Kanoman beserta warga sekitar dan perwakilan desa-desa bersilaturahmi, berdoa bersama, sekaligus bertawasul untuk para leluhur dan juga berdoa untuk keselamatan umat. Hal ini sudah dilakukan pada malam ganjil sebelumnya yakni 21, 23, dan 25 Ramadhan untuk menyambut Lailatul Qadar.
Demikianlah tradisi malam selikuran di Cirebon yang unik, namun keberadaannya sudah mulai punah di zaman sekarang.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta