get app
inews
Aa Read Next : KAI Daop 3 Cirebon Catat Jumlah Pelanggan KA Melonjak 27,8 Persen di Semester I 2024

Tradisi Malam Selikuran di Cirebon, Damar Malam yang Mulai Punah

Minggu, 19 November 2023 | 17:02 WIB
header img
Tradisi malam selikuran di Cirebon merupakan tradisi menyalakan damar malam yaitu sejenis obor yang terbuat dari bilahan bambu menjelang ibadah puasa berakhir. Foto: ist

CIREBON, iNewsCirebon.id - Tradisi malam selikuran di Cirebon merupakan tradisi menyalakan damar malam yaitu sejenis obor yang terbuat dari bilahan bambu menjelang ibadah puasa berakhir yang hingga kini masih dilakukan sebagian masyarakat Cirebon. 

Tradisi yang biasa disebut malam selikuran ini dilaksanakan untuk menyambut malam lailatul qadar atau setiap malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan atau menandai hari ke-21 puasa. 

Karenanya, damar malam dinyalakan hanya pada tanggal ganjil dan biasanya setelah dinyalakan akan diletakkan pada sudut rumah atau sudut halaman rumah.

Tradisi Malam Selikuran di Cirebon 

Pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan ini dianjurkan untuk meningkatkan ibadah untuk mengharapkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Pada sepertiga malam terakhir ini, masyarakat juga merayakan dengan berbagai tradisi. 

Salah satu tradisi yang unik dan masih cukup bertahan di tengah gempuran arus modernisasi adalah tradisi malam selikuran. Tradisi malam selikuran adalah sebuah tradisi masyarakat Islam dalam meramaikan bulan Ramadhan dengan cara menyalakan damar malam, lampu cangkok/colok.

Tradisi menyalakan damar malam sejenis obor yang terbuat dari bilahan bambu di lilit kain dan celupan malam (pewarna batik) menjelang ibadah puasa berakhir hingga kini masih dilakukan sebagian masyarakat Cirebon. Banyak pengrajin batik di cirebon. Sehingga tidak susah mendapatkan bahan baku malam yang digunakan untuk membuat damar malam.

Untuk mendapatkan damar malam, biasanya masyarakat dapat memperoleh dari para penjual bunga yang ada di pasar-pasar di sekitar Cirebon. Para pedagang biasanya menjual damar malam dengan harga Rp 1.000 hingga Rp 2.000 untuk setiap ikatnya.

Dulu hampir semua pedagang di pasar Cirebon menjual damar malam. Tapi sekarang hanya sedikit orang yang menjual damar malam. Bahkan damar malam ini sudah tidak ditemukan di beberapa pasar di wilayah cirebon. Jikalau ada harganya tidak terjangkau seperti dulu.

Damar malam harus dinyalakan dengan hati-hati. Bila gegabah, bahan malam yang terbakar akan menetes dan bisa melukai kulit tangan. Tradisi menyalakan damar malam ini dilakukan sesudah berbuka puasa atau setelah waktu Maghrib tiba. Damar malam itu akan padam dengan sendirinya saat memasuki waktu shalat tarawih, atau selepas Isya.

Mulai Menghilang di Masyarakat

Tradisi yang biasa disebut malam selikuran ini masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat pada malam ganjil bulan Ramadan. Namun, saat ini tradisi tersebut sudah hampir punah.

Seperti penelitian di kawasan Pesisir Tuban, tradisi malam selikuran dikenal dengan tradisi colokan, yaitu kebiasaan membuat colok yang terbuat dari kain yang dililitkan di kayu-kayu kecil yang dicelupkan ke minyak tanah dan ketika waktu magrib tiba dibakar di sudut-sudut rumah.

Sayangnya tradisi ini di beberapa daerah sudah hilang dan diganti selamatan biasa di rumah-rumah.

Hal ini tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di Cirebon. Pasalnya, banyak anak-anak jaman sekarang yang tidak tahu bahwa setiap bulan Ramadhan ada tradisi Malam Selikuran atau Damar Malam. 

Seiring dengan hadirnya listrik dan maraknya internet, serta petasan atau kembang api, tradisi ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat Cirebon.

Bahkan untuk mendapatkan damar malam tidak lagi mudah. Tidak seperti dulu hampir di semua pasar menyediakan damar malam.

Karena itu pihak Keraton Kanoman masih tetap menjaga tradisi Ramadhan ini dari tahun ke tahun. Pelestarian budaya leluhur menjadi tanggung jawab bagi penerus keluarga di masa yang akan datang.

Keluarga keraton Kanoman beserta warga sekitar dan perwakilan desa-desa bersilaturahmi, berdoa bersama, sekaligus bertawasul untuk para leluhur dan juga berdoa untuk keselamatan umat. Hal ini sudah dilakukan pada malam ganjil sebelumnya yakni 21, 23, dan 25 Ramadhan untuk menyambut Lailatul Qadar.

Demikianlah tradisi malam selikuran di Cirebon yang unik, namun keberadaannya sudah mulai punah di zaman sekarang. 
 

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut