get app
inews
Aa Read Next : Depo Pertamina Plumpang Kebakaran, 6 Orang Meninggal dan 15 Luka-luka

Ini Sejarah Roti Buaya yang Melegenda

Selasa, 22 Juni 2021 | 16:14 WIB
header img
Mengenal sejarah roti buaya (Foto: Instagram@caprotibuaya)

JAKARTA, iNews.id - Kota Jakarta memiliki beragam sejarah yang dapat ditelisik lebih dalam, terutama di momen Hari Ulang Tahun (HUT) Kota DKI yang genap berusia 494 tahun di tanggal 22 Juni 2021 ini. Nama Jakarta tentu tak lepas dari Betawi, yang mencakup kesenian hingga kuliner khas yang bercita rasa unik.

Salah satu kuliner khas Jakarta yang cukup populer dan masih eksis hingga saat ini adalah roti buaya. Sesuai namanya, ini merupakan hidangan berupa roti dalam bentuk buaya, yang biasanya hadir di upacara pernikahan dan kenduri tradisional Betawi.

Berdasarkan data yang dihimpun Litbang MNC Portal Indonesia, roti buaya adalah lambang kesabaran. Sebab, biasanya, buaya sangat jeli dan sabar menunggu buruannya. Beberapa orang juga beranggapan, jika buaya adalah lambang kejantanan. Selain itu, ini berkaitan juga dengan Jakarta yang dikelilingi oleh 13 sungai atau kali dan menjadikan masyarakatnya sebagai ‘masyarakat sungai’. Beberapa sungai atau kali yang mengelilingi Jakarta adalah kali Lebak Bulus, Kali Cideng dan kali Gunung Sahari.

Diketahui, di kali Gunung Sahari itulah sering terlihat sepasang buaya putih yang Bernama Ki Srintil dan Ni Srintil. Sementara itu, Peneliti Sejarah Betawi, JJ Rizal mengatakan, sifat buaya yang hanya kawin sekali di sepanjang hidupnya ini juga menjadi inspirasi lain dari lahirnya roti buaya.

Oleh karenanya, roti buaya dalam acara pernikahan diharapkan bisa menjadi contoh bagi pasangan yang melangsungkan pernikahan. Di acara pernikahan, roti buaya dijadikan hantaran mempelai pria kepada mempelai wanita. Saat dipakai sebagai hantaran, roti buaya juga harus dalam kondisi yang bagus, tanpa adanya cacat sebelum resmi diterima oleh pengantin wanita.

Ukuran dari tiap-tiap roti buaya juga dipercaya akan berkaitan dengan masa depan rumah tangga calon mempelai. Masyarakat percaya, semakin besar ukuran dan semakin keras tekstur roti buaya, maka nasib pernikahan itu diyakini akan semakin baik. Kepercayaan lainnya juga berkembang untuk seseorang yang sedang single atau sendiri. Sebagian masyarakat Betawi percaya, orang yang belum menikah lalu memakan roti ini, maka kelak akan cepat bertemu jodoh.

Editor : Miftahudin

Follow Berita iNews Cirebon di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut