Selanjutnya kedua rombongan mengarah ke kediaman Kebo Iwa. Setelah mengantar rombongan Gajah Mada ke kediaman Kebo Iwa, Ki Pasung Grigis langsung menuju ke pusat Kerajaan Bali Aga untuk memberitahukan perihal kedatangan Gajah Mada pada Raja Bali Aga.
Singkat cerita, Ki Pasung Grigis melaporkan kedatangan Patih Mada sebagai utusan Ratu Majapahit kepada Raja Bali Aga. Mendengar penjelasan secara terperinci, maka Maha Raja Sri Ratna Bumi Banten memerintahkan kepada Ki Pasung Grigis untuk mengantar tamunya ke Bedahulu, pusat pemerintahan Kerajaan Bali Aga.
Berangkatlah Ki Pasung Grigis untuk membawa utusan Raja Majapahit tersebut menghadap Sri Ratna Bumi Banten. Sesampainya di Kerajaan Bali Aga, semua rombongan Patih Gajah Mada menunduk, mereka berjalan membungkuk sebagai penghormatan kepada Raja Bali guna mengambil simpati sang Raja.
Melihat sikap sopan Gajah Mada, maka Raja Bali menghormatinya sehingga ia dipanggil untuk mendekat. “Hai Patih Mada (Gajah Mada) kemarilah mendekat padaku, berita apa yang kau bawa untukku. Ceritakanlah jangan engkau merasa sungkan,” perintah Rajah Bali Aga.
Patih Mada pun menghaturkan sembah kepada Sri Baginda Raja Bali. “Ampun Paduka Tuanku, hamba datang diutus oleh Paduka Tuanku Putri Ratu Majapahit untuk menghadap tuanku Raja. Mempersembahkan sepucuk surat. Hamba mohon ampun jikalau hamba membuat kekeliruan dalam tatacara menghadap kehadapan Sri Baginda Raja Agung. Inilah surat beliau mohon Paduka Raja menerimanya,” kata Gajah Mada.
Akhirnya raja pun menerima surat tersebut dan membaca isinya. Isi surat tersebut konon antara lain berbunyi:
1. Majapahit memohon dengan sangat agar Kerajaan Bali jangan menyerang kerajaan Majapahit.
2. Mohon hubungan yang dahulu diteruskan sebagai hubungan persaudaraan.
3. Mohon kesediaannya agar Kebo Iwa diperkenankan untuk pergi ke Jawa agar dinikahkan dengan seorang putri yang kecantikannya sudah terkenal di tanah Jawa.
Surat itu seolah-olah bukti dari ketulusan hati Raja Majapahit untuk menjalin persahabatan dan persaudaraan antara kedua belah pihak, agar terwujud ketenangan dan ketentraman yang didambakan. Melihat isi surat yang lemah lembut dan sangat sopan, apalagi ditandatangani Ratu Kerajaan Majapahit, maka tak ada prasangka baruk.
Raja Bali Aga menerima semua permintaan dari kerajaan Majapahit. Saat itu semua bergembira mengetahui isi dari surat tersebut.
Untuk merayakan kegembiraan itu, Raja Bali Aga mengadakan pesta penyambutan sebagai penghormatan terhadap Gajah Mada dan rombongannya sebagai tamu penting kerajaan saat itu. Dalam kesempatan tersebut Raja Bali Aga memerintahkan Kebo Iwa segera mempersiapkan segala sesuatunya agar pergi ke Tanah Jawa menerima hadiah dari Kerajaan Majapahit.
Editor : Miftahudin