RIYADH, iNews.id - ALQST, LSM independen yang mempromosikan hak asasi manusia (HAM) di Arab Saudi, menginformasikan bahwa ulama Musa al-Qarni meninggal di penjara karena dipukuli.
Musa al-Qarni selama ini dikenal sebagai ulama yang menentang keras sikap kerajaan Arab Saudi yang kerap dianggap berseberangan.
Mengutip Middle East Eye, ALQST melaporkan bahwa Qarni dipukuli di sekitar kepala dan wajah dengan benda tajam, yang menimbulkan banyak luka, termasuk patah tulang tengkorak, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Laporan tersebut mengutip saksi mata yang melihat Qarni dipukuli saat dipenjara. Ulama berusia 66 tahun itu, meninggal setelah kesehatannya memburuk saat menjalani hukuman penjara 15 tahun.
“Kami menyerukan penyelidikan independen yang mendesak atas kejahatan ini, baik untuk memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab dihukum dan untuk melindungi tahanan hati nurani lainnya dari pengulangan tragedi ini,” kata kelompok HAM tersebut.
Menurut ALQST, Qarni menderita stroke pada Mei 2018, ketika dia diberi obat yang salah oleh staf penjara, dan dipindahkan ke rumah sakit jiwa dalam upaya untuk menggambarkannya sebagai penderita sakit jiwa.
Qarni ditangkap pada 2007 dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara pada 2011 selama persidangan untuk melawan "para reformis Jeddah".
Para reformis Jeddah adalah sekelompok aktivis HAM yang ditangkap pada Februari 2007 atas tuduhan mencoba membentuk organisasi yang menentang pemerintah Arab Saudi.
Pada Januari 2012, para terdakwa diberikan jaminan atau pengampunan Kerajaan Arab Saudi. Mereka yang diberi pengampunan kerajaan harus menandatangani surat permintaan maaf dan menunjukkan penghargaan mereka atas pengampunan itu.
Namun, enam aktivis menolak menandatangani surat tersebut. Jaksa lantas menyerukan agar beberapa reformis Jeddah dieksekusi mati.
Arab Saudi secara de facto dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Pangeran Mohammed inilah yang telah berusaha mengubah citra kerajaan ultra-konservatif menjadi kerajaan moderat di mata internasional. Namun, dia juga mengintensifkan tindakan keras terhadap para aktivis HAM dan pembangkang politik.
Di antara mereka yang terjebak dalam tindakan keras tersebut adalah ulama reformis Sunni seperti Salman al-Odah, Ali al-Omari dan Awad al-Qarni, serta Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang tak lain adalah paman Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta