KABUPATEN CIREBON, iNews.id - Rumah peninggalan Belanda selalu menarik untuk dikulik. Ada kisah yang tak pernah lekang meski tahun berganti. Dari asal-usul hingga hal-hal beraroma mistis kerap jadi perbincangan.
Seperti rumah tua yang dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan umah lawas di kawasan Desa Klangenan, Kabupaten Cirebon, cukup mencuri perhatian. Pasalnya, bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan paling menonjol. Konon, tetap utuh sejak 1816.
Menurut Arief Nuralamsyah selaku pihak keluarga pemilik umah lawas tersebut, banyak warga atau pelancong yang sengaja mampir untuk sekadar swafoto. Lebih lanjut, digunakan sebagai spot foto prewedding.
Baginya, itu sudah menjadi hal biasa karena rumah tersebut memiliki daya tarik tersendiri.
"Kalau dari sejarahnya, menurut cerita turun-temurun keluarga saya, umah lawas ini dulunya keresidenan. Jalan yang kita kenal sebagai pantura juga dulunya dibangun Herman Willem Daendels. Tentu saja masih berkaitan dengan keberadaan orang Belanda di Cirebon waktu itu. Terus ini masih ada hubungannya dengan bangunan Belanda yang lain seperti pabrik gula Gempol," kata Arief di sela-sela aktivitasnya, Senin (20/6/2022).
Lebih lanjut, Arief mengatakan, setelah ditinggalkan Belanda, kemudian dihuni oleh orang China, lalu umah lawas tersebut dibeli oleh almarhum kakek buyutnya yang kebetulan, kata orang zaman dahulu, meskipun orang Indonesia asli, tapi memiliki wajah yang agak kebelanda-belandaan.
"Orang yang tidak tahu, sering mengira rumah kosong atau berhantu. Saya lahir dan besar di rumah itu," ucapnya.
Arief mengaku bahwa satu komplek yang masih berdekatan dengan pekarangan umah lawas merupakan masih satu garis keturunan dari kakek buyutnya.
"Orang-orang yang tinggal di sini masih saudara saya semua. Ciri khas dari rumah Belanda itu ada benteng pembatas," ujarnya sambil menunjuk pagar permanen sekeliling rumah tua.
Di sekitar umah lawas pun kerap ditemukan benda-benda seperti peluru senapan sampai hari ini.
"Selain itu, ada juga peninggalan patung Yesus dan Bunda Maria yang masih saya simpan dengan baik," imbuhnya.
Editor : Miftahudin