JAKARTA,iNews. id - Klaster sekolah seiring dimulai kembali Pembelajaran tatap muka (PTM) mulai terjadi seperti di Purbalingga, Jawa Tengah, sejumlah siswa terdeteksi terpapar virus Covid-19. PTM dibuka kembali pada wilayah dengan level PPKM 1-3.
Nah, bagaimana orangtua menyikapi hal ini? Apakah mengizinkan anak melakukan PTM atau tetap belajar online dengan risiko mengalami ketertinggalan pembelajaran?
"Jika harus memilih untuk melaksanakan PTM atau tidak, seharusnya memang masih tetap offline. Kecuali jika protokol kesehatannya bisa benar-benar ditegakan," kata Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i saat diwawancarai MNC Portal, Jumat (24/9/2021).
"Itu poinnya. Kalau protokol kesehatan tidak bisa ditegakan, akan terjadi klaster baru. Sebagai contoh Malaysia, ketika mereka buka sekolah, naik 80 ribu total kasusnya hanya per sekian minggu setelah sekolah," kata dr. Fajri.
Contoh kasus lainnya juga terjadi di Singapura. Di mana klaster PTM tembus hampir 900 orang lebih. Akhirnya sekolah dibuat menjadi daring lagi. Alhasil memang tidak semudah itu dan banyak negara yang kasus Covid-19 nya meningkat dari sekolah.
"Boleh aja sekolah dibuka asal protokol kesehatannya terjamin. Masyarakat harus memberikan masukan yang baik supaya win-win solution yang tadi dapat muncul dan bijak. Jadi orangtua dan guru sama-sama harus dipahamkan," lanjutnya.
Dokter Fajri menambahkan, masyarakat harus tahu bahwa di sekolah itu terdiri dari banyak orang yang bukan hanya guru dan murid saja. Salah seorang saja yang lalai, maka akan menularkan kepada orang lain.
"Jadi PTM boleh dibuka asalkan dengan syarat yang ketat dan terjaga," tuntasnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait