JAKARTA, iNews.id - Terapi plasma konvalensen menjadi salah satu pilihan pengobatan covid-19, tentunya dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik bagi pendonor maupun bagi resepien. Pengunaan terapi ini tentu harus juga mempertimbangkan berbagi resikonya, terutama pada pasien - pasien yang komorbid.
Para penyintas covid-19 akan mendonorkan plasma darahnya untuk pasien kritis atau bergejala berat dengan harapan dapat memberikan kekebalan tubuhnya secara alami.
Metode donor plasma konvalensen pada dasarnya sama seperi donor darah biasa. Namun, donor plasma konvalensen hanya mengambil plasma darahnya yang dinilai mengandung antibodi untuk melawan covid-19. Lantas, berapa kali seorang penyintas covid-19 bisa mendonorkan plasma darahnya?
Pakar kesehatan sekaligus dokter relawan covid-19 Muhamad Fajri Adda'i menjelaskan bahwa donor plasma konvalensen secara multiple juga belum ada studinya. Bahkan, rekomendasinya juga belum muncul.
"Memang jeda pemberian plasma konvalensen ini juga terbatas. Misal, orang yang sudah sembuh dari covid-19 setelah 6 bulan atau 3 bulan," kata dr Fajri kepada MNC Portal, Rabu (15/9/2021).
Lebih lanjut ia mengatakan jumlah kekebalan dan antibodi yang dimiliki penyintas covid-19 akan berkurang secara alami. Sebagai pertimbangan diharapkan pendonor dapat memeriksakan terlebih dahulu titer antibodi secara kuantitatif. Dari pemeriksaan ini dapat dilihat apakah jumlah antibodi yang dimilikinya masih cukup untuk menjadi donor plasma konvalesen. Sampai saat ini data mengenai donor plasma konvalensen secara multiple juga belum tersedia.
"Bahkan, penelitian terbaru yang baru dipublikasi sekira lima hari yang lalu mengatakan plasma konvalensen justru tidak berhasil menunjukkan adanya perbaikan pasien covid-19. Jadi menurut jurnal yang dipublikasikan Nature, donor plasma konvalensen ini tidak disarankan," tuntasnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait