CIREBON, iNewsCirebon.id - Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon menuntaskan penyaluran bantuan pangan untuk alokasi Juni–Juli 2025. Hingga 31 Juli, seluruh bantuan telah tersalurkan 100 persen kepada masyarakat di wilayah kerja Cirebon, dengan total volume mencapai hampir 10.000 ton beras.
Selain penyaluran bantuan pangan, Bulog juga menggencarkan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) guna meredam gejolak harga beras di pasaran. Program ini disalurkan melalui berbagai jalur distribusi, mulai dari toko pengecer di pasar tradisional, koperasi desa, gerai pemerintah daerah, gerakan pangan murah, hingga jaringan ritel modern seperti Jogja dan Alfamart. Rumah Pangan Bulog (RPK) serta koperasi TNI-Polri juga turut dilibatkan.
"Target penyaluran SPHP hingga akhir tahun sekitar 30.000 ton. Sejak pertengahan Juli hingga kini, sebanyak 180 ton telah tersalurkan, dan kami siap memenuhi kebutuhan pasar," kata Kepala Bulog Cabang Cirebon, Ramaijon Purba, saat ditemui di Cirebon, Rabu (6/8/2025).
Ramaijon menjelaskan, harga tebus beras SPHP dari Bulog dipatok sebesar Rp11.000 per kilogram, dengan harga jual ke konsumen tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan, yakni Rp12.500 per kilogram. Untuk menjaga pemerataan distribusi, pembelian dibatasi maksimal dua kemasan per orang.
Di sisi lain, Bulog Cirebon juga mencatat capaian penyerapan gabah dan beras dari petani yang cukup signifikan. Hingga akhir Juli 2025, total penyerapan setara beras mencapai 133.624 ton, terdiri atas 120.917 ton gabah kering panen dan 69.000 ton beras.
Meski distribusi berjalan lancar dan stok tergolong melimpah, harga beras di tingkat konsumen dinilai masih berada di level tinggi. Bulog mengungkapkan bahwa hingga awal Agustus, stok beras di gudang mereka masih mencapai 175.000 ton, bahkan setelah dilakukan pengiriman ke berbagai daerah lain seperti Bogor, Cianjur, Bandung, dan Karawang.
“Bantuan pangan sudah tersalurkan, SPHP berjalan, panen masih berlangsung, dan stok di gudang sangat cukup. Dalam kondisi seperti ini, seharusnya harga beras bisa lebih stabil. Kita perlu duduk bersama untuk mengidentifikasi apa yang sebenarnya menjadi penyebab harga tetap tinggi,” ujar Ramaijon.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait