Lebih lanjut dr. Reisa mengatakan, Deltacron adalah gabungan dua varian yakni Delta dan Omicron, di mana seseorang yang terkena kombinasi varian tersebut akan mengalami gangguan pada saluran pernapasan bawah maupun saluran pernapasan bagian atas.
Sejauh ini, dr. Reisa menambahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih terus memantau bagaimana perkembangan varian Deltacron. Menurutnya, berdasarkan pengamatan di beberapa negara yang memiliki pasien Deltacron, tidak ditemukan kondisi yang buruk.
“Kalau Delta biasanya banyak menyerang saluran pernapasan bawah, kalau Omicron saluran pernapasan atas. Jadi hati-hati kalau terinfeksi,” jelas dr. Reisa.
Oleh sebab itu, ia meminta semua pihak menunggu hasil penelitian WHO terkait Deltacron dengan tenang, sembari menguatkan protokol kesehatan. Menurut dr. Reisa, gejala yang ditimbulkan Deltacron tidak jauh berbeda dengan varian sebelumnya seperti pilek, flu, batuk, dan lain-lain.
"Merasakan gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan, ada demam, menyerupai flu, sebaiknya dilakukan antigen (tes swab) sesegera mungkin," ujar dr. Reisa pada kesempatan terpisah beberapa waktu lalu.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait