KIEV, iNews.id - Para tentara perempuan Ukraina mengalami penyiksaan dan penganiayaan selama di pusat penahanan Rusia. Sebanyak 15 tawanan perempuan tersebut dipaksa membuka pakaian hingga telanjang di depan penjaga laki-laki sambil jongkok.
Penyiksaan tersebut disampaikan Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia, Liudmyla Denisova, yang membahas masalah ini di Facebook, dikutip dari Ukrinform. Ke-15 tentara perempuan itu termasuk di antara 86 tentara Ukraina yang telah dibebaskan.
"Para perempuan diangkut ke Belarus sebelum dimasukkan ke pusat penahanan prasidang di Bryansk, Rusia. Mereka disiksa dan diancam. Para tawanan dipaksa membuka pakaian di depan penjaga laki-laki, berjongkok dan memotong rambut mereka," tulis Liudmyla Denisova.
"Mereka juga terus-menerus diinterogasi. Semuanya untuk menghancurkan moral mereka," tulisnya.
Rusia Denisova mengatakan, beberapa tawanan perang perempuan Ukraina juga dipaksa untuk mengambil bagian dalam pembuatan film laporan propaganda. Mereka dipaksa untuk beralih menggunakan bahasa Rusia.
Menurut dia, tindakan itu telah melanggar Pasal 13 Konvensi Jenewa yang menekankan perlakuan manusiawi terhadap tawanan perang. Mereka seharusnya selalu dilindungi, khususnya dari tindakan kekerasan atau intimidasi, serta dari hinaan dan rasa ingin tahu publik.
Militer Ukraina Liudmyla Denisova juga telah meminta Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB untuk menyelidiki pelanggaran yang dilakukan selama invasi militer Rusia ke Ukraina. Begitu juga kepada Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) untuk mempertimbangkan kasus pelanggaran hak-hak tawanan perang Ukraina tersebut.
Sebelumnya pertukaran tahanan dilakukan di Wilayah Zaporizhia pada 1 April. Sebanyak 86 tentara Ukraina dibebaskan, termasuk 15 tentara perempuan. Pertukaran tahanan itu sebelumnya disampaikan oleh Wakil Kepala Kantor Kepresidenan Kyrylo Tymoshenko menulis di Telegram.
“Kabar baik dari wilayah Zaporizhzhia. Pertukaran baru saja terjadi. Sebanyak 86 anggota layanan Ukraina, termasuk 15 wanita, sekarang aman," tulisnya.
Pihak berwenang Kiev dan sejumlah media baru-baru ini juga menyebarkan rekaman video yang diduga berasal dari Bucha, sebuah kota kecil di dekat Kiev, Ukraina. Rekaman itu menunjukkan mayat-mayat yang tergeletak di sepanjang jalan.
Kiev menyebut tentara Rusia membantai ratusan penduduk sipil saat melakukan operasi militer di Kota Bucha, Ukraina. Namun, Moskow membantah. Mereka menduga rekaman video yang menunjukkan mayat-mayat di kota itu rekayasa.
Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov mengatakan, pihak berwenang Ukraina sengaja melemparkan kesalahan pada Rusia terkait temuan di Bucha. Menurut dia, korban sipil yang berjatuhan di kota itu bisa saja terjadi sebagai akibat dari serangan oleh pasukan Ukraina.
Antonov menuturkan, Amerika Serikat sengaja menutupi fakta bahwa setelah penarikan pasukan Rusia, pasukan Ukraina justru membuat kota Bucha menjadi sasaran tembakan artileri. Tindakan pasukan Kiev itu dapat menyebabkan kerugian di antara penduduk sipil.
Antonov menyebut Ukraina berusaha untuk melemparkan kesalahan yang mereka lakukan sendiri kepada Rusia. “Sementara pasukan Rusia tidak memberikan apa-apa selain dukungan kepada rakyat Bucha, setelah mengirimkan lebih dari 450 ton bantuan kemanusiaan kepada penduduk setempat,” kata Antonov dalam sebuah wawancara dengan Newsweek, seperti dikutip kembali Kantor Berita Sputnik, Senin (4/4/2022).
Editor : Miftahudin