KYIV, iNews.id - Seorang sniper wanita Rusia yang telah membunuh 40 orang berhasil ditangkap oleh pasukan Ukraina.
Irina Starikova dengan tanda panggilan0nya adalah Bagira dilaporkan telah memberi tahu para penangkapnya bahwa dia dibiarkan untuk mati setelah terluka dalam pertempuran dengan pasukan Ukraina.
Menurut pusat Peacemaker, yang meneliti kejahatan yang dilakukan oleh separatis Rusia dalam perang Ukraina, Starikova berusia 41 tahun. Dia juga memiliki dua anak perempuan, berusia 11 dan 9 tahun, dan bercerai dari ayah kedua anak itu; Alexander Fedotov.
Starikova bertugas dengan pasukan sparatis pro-Rusia di Donetsk, Ukraina timur, yang telah memerangi pemerintah di Kyiv sejak 2014.
Penangkapannya diumumkan oleh angkatan bersenjata Ukraina. Menurut pengumuman tersebut, dia telah menembak para tentara Ukraina yang jadi tahanan pada tahun 2014.
Penangkapan Starikova juga dikonfirmasi oleh Giorgi Revishvili, seorang peneliti di Department of War Studies di King's College London.
Dia men-tweet: "Pasukan Ukraina menangkap sniper terkenal yang bertempur di pihak ORDLO, tanda panggilan Bagira”. ORDLO adalah nama yang diberikan Kyiv untuk wilayah berbahasa Rusia yang memisahkan diri.
"Dia bertanggung jawab atas pembunuhan 40 warga Ukraina termasuk warga sipil," lanjut Revishvili.
Menurut laporan The Sun, Selasa (29/3/2022), Starikova berasal dari Serbia dan telah diburu oleh Ukraina sejak 2014.
Situs berita Obozrevatel di Ukraina, mengutip seorang tentara bernama Vlad Ivanov, melaporkan bahwa Starikova diberikan perawatan medis ketika ditangkap.
Ivanov menirukan ucapan sang sniper saat ditangkap: "Mereka pergi, mengetahui bahwa saya terluka dan memiliki kesempatan untuk menjemput saya...berharap bahwa saya akan mati".
Menurutnya, Starikova adalah sniper dari Divisi Operasi Khusus ke-11, bagian dari cabang militer Rusia.
Menurut pusat Peacemaker, dia telah dianugerahi medali George Cross untuk pekerjaannya.
Para peneliti juga mengatakan dia menikah dengan seorang tentara dari Belarusia bernama Aleksandr Ogrenich.
Menurut laporan tahun 2017 dari Ukrainian Helsinki Human Rights Union, dia menggunakan tanda panggilan Gorynych dan juga berjuang untuk angkatan bersenjata separatis Rusia.
Rusia mendukung pemberontak separatis di Ukraina timur selama konflik yang menewaskan lebih dari 14.000 orang dalam tujuh tahun.
Konflik terbuka dipicu oleh Revolusi Ukraina pada tahun 2014 ketika sebuah pemberontakan menggulingkan pemerintah pro-Rusia Viktor Yanukovych.
Pasukan Presiden Vladimir Putin bereaksi dengan mencaplok wilayah Crimea dari Ukraina, sebuah langkah yang dikutuk secara luas oleh Barat.
Editor : Miftahudin