CIREBON, iNews.id - Konflik Rusia dan Ukraina mulai merembet pada permasalahan perekonomian yakni kenaikan harga bahan pangan yang diimpor dari kedua negara. Indonesia tentu saja bakal terkena imbasnya karena Indonesia masih mengandalkan impor gandum dari Rusia dan Ukraina.
Diketahui gandum merupakan bahan pokok untuk membuat tepung yang biasa digunakan untuk membuat mie dan roti.
Berdasarkan data BPS yang dilansir dari bps.go.id, Ukraina masuk dalam 10 besar sebagai negara pengimpor biji gandum tanpa cangkang kode Harmonized System (HS) 10019912 sepanjang 2021 mencapai 2,07 juta ton atau senilai 624,6 juta dolar AS.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan kepada Antara, bahwa pemerintah harus bisa mengantisipasi kenaikan harga gandum yang diakibatkan konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Efek dari kelangkaan gandum atau terganggunya rantai pasok gandum dari Rusia dan Ukraina bisa membuat produsen meneruskan kenaikan harga gandum kepada konsumen. Artinya mie instan dan roti, itu harganya akan lebih mahal," kata Bhima, Selasa (1/3/2022)
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) perlu mencari alternatif pemasok gandum yang berasal dari negara lain seperti Australia, Amerika Serikat, dan China, dengan penandatanganan kontrak jangka panjang untuk memastikan pasokan dan harga gandum tetap stabil.
"Peran pemerintah dan Bulog penting untuk membantu dan memfasilitasi importir guna mencari negara-negara yang siap untuk memasok gandum. Kemendag juga diharapkan memfasilitasi importir gandum untuk mengamankan harga," imbuhnya.
Selain itu Bhima juga mengatakan untuk produsen bahan pangan mencari alternatif pengganti gandum seperti tepung beras dan jagung sehingga bisa memanfaatkan keterbatasan bahan impor dari Ukraina dan Rusia.
"Sehingga ketergantungan terhadap gandum impor juga bisa berkurang secara bertahap dengan produktivitas pangan lokal yang lebih meningkat dan dominan," katanya.
Selain gandum, diperkirakan konflik antara Rusia dan Ukraina dapat mengganggu rantai pasok komoditas lain seperti minyak bumi dan barang tambang hingga harganya meningkat dan menyebabkan inflasi.
Editor : Miftahudin