CIREBON, iNews.id - Di kalangan industri migas Indonesia, kinerja pengeboran yang optimal erat kaitannya dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI).
Di usianya yang ke-13 tahun, PDSI telah menuntaskan ratusan kegiatan pengeboran dengan kategori sangat baik (operation excellence).
Kinerja anak usaha Pertamina di bawah naungan Subholding Upstream Pertamina ini tidak lepas dari kekuatan investasi rig dan peralatannya.
PDSI memiliki 47 rig yang terdiri dari 45 rig darat dan 2 rig laut dari beberapa tipe, yaitu mechanical, electrical, cyber conventional, cyber skidding, dan cyber walking.
Dari ke-47 rig PDSI tersebut, enam rig merupakan investasi PDSI tahun 2020/2021. Empat rig merupakan rig darat, dua rig laut.Terkait rig laut, keduanya merupakan rig dengan tipe cyber.
Pengembangan teknologi cyber di rig tersebut sepenuhnya dilakukan oleh perwira-perwira PDSI dan didesain khusus untuk kegiatan workovers di PHE OSES.
Selain tipe, kapasitas ke-47 rig inipun beragam sesuai dengan jenis jasa dan layanan PDSI, yakni mulai dari 250-750 HP (horse power), 1000 HP, 1500 HP, dan 2000 HP.
“Keandalan rig PDSI ini sudah kami buktikan di banyak kegiatan operasi pengeboran kami. Tidak hanya di pengeboran di captive market kami, tapi juga di luar itu. Contohnya di Exxon Mobil (EMCL) dan Vico Indonesia,” jelas Direktur Utama PDSI Rio Dasmanto, dalam presentasenya melalui live zoom, Sabtu (7/8/2021)
Cyber conventional rig adalah rig yang dapat dioperasikan dan dikontrol dengan sistem yang terintegrasi satu sama lain. Pengoperasiannya sudah terkomputerisasi dengan teknologi layar sentuh (touch screen). Teknologi ini memungkinkan satu personil bisa mengontrol seluruh peralatan di anjungan rig hanya dengan memerhatikan satu monitor. Setingkat lebih canggih dari cyber conventional rig, PDSI memiliki cyber skidding rig.
Selain memiliki teknologi yang sama dengan cyber conventional rig, cyber skidding masih dilengkapi dengan kemampuan perpindahan dua arah.
Dengan teknologi skidding ini, proses perpindahan menara, substruktur, berikut peralatan rig, dari satu sumur ke sumur lain dalam satu cluster dapat berlangsung lebih aman dan lebih cepat.
Project Manager Middle East PDSI Firmansyah Arifin mengungkapkan, rig dengan teknologi cyber, skidding, dan walking system mampu mengoptimalkan kinerja operasi pengeboran dan menciptakan efisiensi signifikan, terutama terkait dengan fuel consumption dan moving time.
"Khusus walking system rig, yang cocok untuk batch drilling, bahkan mampu menciptakan efisiensi atau menghemat waktu hingga 30 persen dari jadwal operasional,' katanya.
Dijelaskan Asset Management Manager PDSI selaku PM Tim Persiapan Proyek Pertamina Hulu Rokan Wisnu Adi Nugroho, berdasarkan kebutuhan customer untuk pengeboran sumur dangkal (shallow well) yang rata-rata kedalamannya di bawah 1.500 meter (4.500 feet), maka rig yang sesuai dengan permintaan tersebut adalah kapasitas 550 HP.
Kemudian, sesuai dengan kondisi well pad dan program pengeborannya, Blok Rokan membutuhkan rig bertipe mobile. Dengan demikian, harapannya rig bisa masuk ke dalam kondisi well pad yang relatif compact.
“Kelebihan lain rig terbaru PDSI ini adalah bisa melakukan pekerjaan sumur mulai dari drilling sampai completion. Rig ini juga dilengkapi dengan fasilitas porta camp yang mampu menampung semua personel rig jika harus melakukan pengeboran di remote area,” papar Wisnu.
Sementara itu, menurut Corporate New Business, Research, and Development (CNBRD) Manager PDSI Heneka Yoma Priyangga, sebelum pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 tahun 2013 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, PDSI sudah memaksimalkan penggunaan produk-produk dalam negeri.
“Tepatnya sejak tahun 2011 silam PDSI banyak melakukan investasi rig dan peralatan yang difabrikasi manufaktur lokal. Tujuannya untuk memaksimalkan penggunaan produk-produk dalam negeri di kegiatan bisnis dan operasinya,” ungkapnya.
Editor : Miftahudin