8 Fakta Unik Kampung Cireundeu yang Masih Mempertahankan Adat dan Budaya

CIREBON, iNewsCirebon.id - Fakta unik Kampung Cireundeu yang merupakan salah satu kampung yang terletak di sebuah lembah yang diapit Gunung Kunci, Gunung Cimenteng, dan Gunung Gajah Langu. Secara administratif berada di wilayah Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Kampung Cireundeu termasuk salah satu kampung yang masih mempertahankan adat dan budaya hingga sekarang. Kampung Adat Cireundeu memiliki luas sekitar luas 64 hektar, untuk pemukiman 4 hektar dan yang 60 hektar untuk pertanian.
Salah satu keunikan dan daya tarik utama di sini adalah masyarakatnya, secara turun temurun, masih konsisten meyakini dan menjalankan ajaran kepercayaannya.
Pohon Rendeu, dari nama pohon inilah nama kampung ini berasal. Terdapat banyak pohon Rendeu yang tumbuh di kampung ini. Adapun khasiat dari Pohon Rendeu biasanya digunakan oleh warga sebagai bahan obat herbal.
Sebelum dikenal sebagai kampung adat, Cireundeu dulunya adalah tempat pembuangan sampah warga Cimahi. Baru di tahun 2007 Cireundeu mulai dikenal sebagai kampung adat. Kampung Adat Cireundeu dikelola oleh RT dan RW yang merupakan tingkatan tertinggi di wilayah Cirendeu.
Sedangkan secara tradisional Cireundeu memiliki orang yang ‘dituakan’, disebut dengan Sesepuh. Kini Sesepuh Cireundeu sudah mencapai generasi ke-5.
Warga di kampung ini sampai masih mempertahankan dan meyakini kepercayaan Sunda Wiwitan. Mereka menganggap keyakinan mereka ini adalah sebuah agama besar. Isi dari ajaran mereka adalah peduli akan sopan santun dan alam.
Konsep agama Sunda Wiwitan yang dianut masyarakat adat Cireundeu, yaitu Tuhan yang disebut 'Gusti Sikang Sakang Sawiji Wiji' atau di atas segalanya pencipta mereka. 'Mulih Kajati Mulang Ka Asal', setiap manusia akan kembali kepada Tuhan.
Ada lagi fakta unik Kampung Cireundeu yaitu masyarakatnya tidak menganggap nasi sebagai makanan pokok. Mereka mengkonsumsi singkong yang disebut rasi sebagai makanan pokok sejak tahun 1918.
Rasi adalah hasil singkong yang telah diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Jika kehabisan singkong makanan penggantinya adalah jagung. Cireundeu sendiri dikenal sebagai desa swasembada pangan.
Masyarakat setempat akan mengonsumsi apa yang mereka tanam. Sehingga mereka tidak terpengaruh oleh fluktuasi harga beras di pasaran. Dan kehidupan di kampung ini juga bisa dibilang tak terpengaruh gejolak ekonomi-sosial.
Puncak salam merupakan tempat meditasi bagi masyarakat Cireundeu. Kegiatan meditasi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap alam. Masyarakat setempat percaya bahwa meditasi dapat mengumpulkan energi dari alam.
Selain untuk meditasi, masyarakat Cireundeu juga menjadikan Puncak Salam untuk lokasi peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Fakta unik Kampung Cireundeu lainnya yaitu saat berkunjung, kamu akan melihat semua rumah di kampung Cireundeu memiliki pintu samping yang menghadap ke timur tanpa terkecuali. Sebuah keharusan yang harus diterapkan oleh seluruh warga. Bertujuan agar cahaya matahari masuk ke bumi mereka.
Masyarakat kampung ini mayoritas memeluk agama Islam. Berbaur dengan masyarakat adat, semuanya memiliki semangat gotong royong. Masyarakat adatnya tersebar di 3 RT. Ada 67 keluarga dengan 59 kepala keluarga.
Di kampung ini kamu bisa melihat ada masjid dan bale sarasehan. Bale ini adalah tempat pertemuan masyarakat adat. Begitu mengagumkan bukan masyarakatnya bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Semangat gotong royong tercermin dalam berbagai kegiatan kampung.
Hutan di Kampung Cireundeu adalah hutan yang menyumbang oksigen terbesar di Kota Cimahi. Masyarakat lokal menyebutnya dengan istilah leuweung. Ada 3 (tiga) leuweung di Cirendeu. Yaitu Leuweung Baladahan, Leuweung Larangan, dan Leuweung Tutupan.
Leuweung Baladahan adalah hutan dengan hasil kebun berupa singkong, kacang-kacangan, dan lainnya. Leuweung Tutupan terdiri dari berbagai tanaman herbal yang ditanam. Disini terdapat pohon rendeu, mahoni, toga, dan babadotan.
Sesuai namanya, Leuweung Larangan adalah hutan dilarang dikunjungi oleh wisatawan. Warga kampung adat mempercayai dan menjaga nilai-nilai sakral dari hutan larangan.
Ketika kamu berkunjung ke Kampung Cireundeu bertepatan dengan upacara adat, kamu bisa menyaksikan beberapa kesenian khas. Seperti kesenian gondang, karinding, serta angklung buncis.
Nah itulah aneka fakta unik Kampung Cireundeu yang lekat akan adat dan tradisi. Kalau kamu tertarik dengan wisata budaya, kampung Cireundeu bisa menjadi destinasi menarik.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta