Sebelum terjun sebagai PSK online, dia mengadu nasib sebagai SPG minuman kemasan. Namun, tak berapa lama lantaran tagihan bulanan yang besar tak diimbangi upah yang layak. Dia pun terpaksa menjajakan diri karena tuntutan ekonomi.
“Saya bisa kantongi bersih Rp1 juta sebulan. Sisanya sudah saya pisahkan untuk sewa kamar, beli alat kontrasepsi hingga kiriman orang tua ke kampung,” kata Aida.
PSK online lainnya, Wita (25) juga merasakan perjuangan saat baru pertama kali terjun ke bisnis prostitusi online. Sebelum jadi PSK online, wanita asal Subang, Jawa Barat ini PSK di salah satu klub malam di Grogol, Jakarta Barat.
Imbas pandemi menyebabkan klub malam tempatnya bekerja tidak beroperasi membuat Wita bekerja mandiri tanpa mami atau mucikari.
Ilustrasi PSK Online.(Foto:Ist)
Sempat menumpang bersama temannya, dia kemudian nekat mengontak sejumlah pelanggannya di tempat bekerja dulu.
“Di situlah pelanggan saya kemudian menyarankan untuk freelance,” ujarnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta