KABUPATEN CIREBON, iNews.id - Kue apem (kue yang terbuat dari bahan utama tepung beras) adalah salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Cirebon sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Dengan seiring perkembangan zaman, kue apem pun kini memiliki banyak varian baik dari bentuk dan rasanya.
Budayawan sekaligus seniman Cirebon, H Sulama Hadi, mengatakan, tradisi ngapem ini mulai ada sejak zaman Sunan Gunung Jati, dimana pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengajarkan agama Islam kepada masyarakat lokal dengan cara pendekatan melalui kearifan lokal.
"Pada saat itu masyarakat Cirebon masih banyak yang menganut Hindu dan kepercayaan, sehingga dengan tidak menghilangkan kearifan lokal yang ada, Sunan mulai sedikit demi sedikit ajaran Islam," ujar Sulama, Sabtu (2/9/2021).
Dikatakan Sulama, tradisi Apem sebenarnya adalah ungkapan rasa syukur yang diajarkan Sunan Gunung Jati, setelah melewati bulan Suro (Muharram).
Di bulan suro sendri berdasarkan ajaran agama Islam, adalah bulan berduka bagi umat Islam, dimana pada bulan suro ini terdapat kejadian-kejadian yang tidak mengenakan bagi umat Islam.
"Jadi sapar itu bulan ke dua setelah Suro, dan di bulan sapar ini sebagai wujud syukur telah melewati bulan suro maka oleh Sunan Gunung Jati pada saat itu membuat apem," jelasnya.
Apem yang dibuat berwarna putih menurut Sulama, memiliki makna kesucian, dengan maksud, agar masyarakat bisa mensucikan diri dari segala nafsu duniawi.
"Jadi intinya, ngapem ini sebenarnya adalah wujud rasa syukur atas rezeki yang sudah didapat selama ini, dan juga tradisi ngapem ini juga mengajarkan masyarakat untuk banyak-banyak bersedekah," tambahnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait