Serka Perdal mengatakan, bukan hal mudah untuk melatih anggota militer yang memiliki karakter dan metode pelatihan yang berbeda.
Pada awal pertemuan, dia melihat posisi menembak sejumlah anggota Tim Rifle tidak kokoh. Motivasi tentara Brunei Darussalam juga dinilai kurang.
Karena itu pula, tembakan mereka tidak tepat pada target.
"Bagi mereka menembak hanya sebuah perintah dari satuan atas. Mungkin mereka yang penting datang ke lapangan, ambil senjata lalu nembak, tanpa adanya jadwal atau pembenahan yang jelas," ujarnya.
Tim pelatih dari Indonesia pun segera mengambil tindakan dengan menanamkan pemahaman baru dan metode latihan yang baru.
Sebab, metode latihan yang dilakukan sebelumnya tidak menghasilkan kualitas hasil yang baik.
"Jadi, kami atur jadwal mulai dari bangun pagi, kegiatan latihan, sampai sore hari, pulang. Pagi kita pembinaan fisik, siang materi menembak. Kami tanamkan program yang belum pernah mereka lakukan,” ujarnya.
Pelatihan yang digeber tim pelatih dari TNI ini membuahkan hasil yang membanggakan.
Dalam ajang AARM pada 2013 tersebut, tentara Brunei Darussalam menduduki peringkat keempat di bawah Indonesia, Thailand dan Filipina.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait