Brai, menurut Kang Ace, memiliki makna padang (terang) dan memiliki kitab yang bernama Nuska yang masih utuh sampai sekarang. Nuska sendiri bisa berarti nerusaken sing langka (meneruskan yang tidak ada).
Seni Brai, kata Kang Ace, merupakan lantunan shalawat dan puji-pujian yang diiringi alat musik terdiri dari 4 rebana besar, 1 kendhang, dan tutukan.
“Kalau lihat dari bukunya, Seni Brai ini sudah ada dari 350 tahun yang lalu dan ini merupakan kesenian asli Cirebon,” tandasnya.
Ditambahkan Kang Ace, gelaran seni tradisional diharapkan tidak dilaksanakan pada momentum tertentu saja namun dapat dilaksanakan setiap saat seperti hajatan dan lain sebaginya.
"Ini semua butuh dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat, agar kedepan seni tradisional bisa kembali bangkit dan tidak punah dimakan zaman," tambahnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait