Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Dedi juga menjelaskan bahwa kunjungannya ke berbagai perusahaan dilakukan untuk memastikan bahwa keberadaan industri dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar — mulai dari peningkatan kesejahteraan warga, perbaikan infrastruktur, hingga kemajuan pendidikan anak-anak di lingkungan sekitar pabrik.
Sementara itu, pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Lambok M. Hutasoit, memberikan penjelasan ilmiah terkait istilah air pegunungan yang sering disalahartikan publik.
Menurutnya, air pegunungan bukan berarti air yang langsung diambil dari mata air permukaan di pegunungan, melainkan air yang berasal dari sistem akuifer alami. Air hujan meresap ke dalam tanah pegunungan, kemudian mengalir melalui lapisan batuan dan tersimpan di akuifer bawah tanah. Dari sanalah sumber air pegunungan diambil.
“Tidak semua air tanah aman untuk diminum. Walau mengandung mineral, beberapa jenis air tanah bisa memiliki unsur berbahaya seperti Kromium VI yang sangat beracun,” jelasnya.
“Karena itu, air yang digunakan industri air minum dalam kemasan harus melalui analisis kimia yang ketat terlebih dahulu,” tambahnya.
Dengan klarifikasi tersebut, isu mengenai sumber air Aqua pun kini terjawab, sekaligus menegaskan bahwa produk tersebut memang menggunakan air dari mata air pegunungan yang telah melalui proses alamiah dan pengawasan ketat.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait
