Keraton Kanoman Cirebon, Peninggalan Budaya Leluhur yang Tetap Terjaga

Denis Anugrah/Mg5
Keraton Kanoman Cirebon. Foto: Ist

CIREBON, iNewsCirebon.id - Keraton Kanoman Cirebon merupakan sebuah peninggalan bersejarah dari kerajaan Cirebon yang bangunannya masih bisa dikunjungi sampai saat ini.

Keraton Kanoman yang dibangun oleh Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya atau yang bisa dikenal dengan Sultan Anom I pada 1678 berada di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

Keraton Kanoman memiliki bangunan yang didalamnya menyimpan banyak benda benda bersejarah. Keraton ini juga memiliki banyak bangunan yang mempunyai berbagai fungsi yang berbeda, dengan banyaknya bangunan yang ada di Keraton Kanoman, Keraton ini memiliki luas sekitar 6 hekatare.

Sejarah Keraton Kanoman Cirebon

Sejarah Keraton Kanoman memiliki kaitan yang erat dari runtuhnya Kerajaan Cirebon yang dimulai pada 1666. Pada Saat itu yang berkuasa adalah Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi, beliau adalah menantu dari Sultan Amangkurat I dari Mataram.

Sultan Amangkurat I meminta Panembahan Ratu II ke Surakarta dan memfitnahnya telah bersekongkol dengan kerajaan Banten untuk mencoba menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.

Panembahan Ratu II itu diasingkan karena masalah itu dan pada akhirnya wafat di Surakarta pada 1667. Peristiwa ini mengakibatkan kekosongan kekuasaan dalam Kerajaan Cirebon yang akhirnya diambil alih oleh kerajaan Mataram.

Pengambilan kekuasaan secara sepihak dari kerajaan mataram ini memicu amarah Sultan Ageng Tirtayasa, raja Banten yang memiliki hubungan saudara dengan Cirebon. Sultan Ageng Tirtayasa kemudian memutuskan untuk membebaskan dua putra Panembahan Ratu II, Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya dan Pangeran Martawijaya, yang saat itu diasingkan oleh Mataram.

Setelah itu terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon karena adanya perbedaan pendapat mengenai penerus kerajaan. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga, yaitu Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon. 

Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya, Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh Pangeran Martawijaya, dan Pangeran Wangsakerta menjadi panembahan di Cirebon dan Pada 1678, Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya menjadi Sultan Anom I.

Fungsi Keraton Kanoman

Tata kota pada Keraton Kanoman memiliki usnur tradisional yang terdiri atas alun-alun, pasar, masjid agung, dan tempat tinggal sultan. Tempat tinggal para Sultan Cirebon dipisahkan dengan dibangunnya benteng disekitarnya.

Setiap bangunan yang berada di dalam kompleks keraton Kanoman memiliki fungsi yang berbeda. Gedung Pedaleman Sultan digunakan untuk tempat tinggal para sultan, yang terletak di sebelah timur Bangsal Kaputran dan Bangsal Kaputren.

Bangunan yang bernama Bangsal Kaputran berfungsi untuk ditinggali oleh putra sultan, sementara Bangsal Kaputren dihuni oleh putri sultan. Pada sekitar bangunan tersebut terdapat Kebon Jimat yang berfungsi sebagai pungkuran keraton.

Sultan pada saat itu juga membuat Taman Kebon Raja yang biasanya digunakan untuk para sultan bersantai, yang letaknya berada di sebelah barat Mande Mastaka.

Mande Mastaka adalah bangunan kecil yang di dalamnya terdapat kursi gading, dalam pengunaannya hanya satu tahun sekali untuk dibawa keluar. Ada satu bangunan lagi bernama bernama Bale Paseban, yang pada saat itu digunakan untuk menjadi tempat tunggu sebelum bertemu sultan.

Peninggalan Keraton Kanoman Cirebon

Keraton Kanoman meninggalkan barang barang sejarah yang tersimpan di bagian depan, terdapat Kereta Kencana Paksi Naga Liman dan Kereta Jempanan. Kereta ini digunakan sebagai kendaraan para sultan, dan hingga saat ini umur dari kereta itu sekitar setengah milenia.

Gedung Pusaka Keraton Kanoman yang menjadi tempat penyimpanan barang bersejarah yang dimiliki oleh Keraton Kanoman.

Kereta Kencana Paksi Naga Liman didesain berbentuk hewan bersayap dikombinasi dengan kepala naga, namun memiliki belalai seperti gajah. Bentuk Kereta Kencana Paksi Naga Liman ini merupakan adopsi dari tiga budaya sekaligus, yakni Islam yang disimbolkan dengan burung, Cina dengan naga, dan Hindu dengan belalai gajah..

Selain kereta legendaris, didalam museum memiliki ukiran dinding Paksi Naga Jalma. Ukirannya seperti burung namun memiliki badan seperti manusia dan berkulit naga.

Didalam museum juga memiliki peti peninggalan dari Mesir. Konon peti ini digunakan oleh Sunun Gunung Jati dan ibunya Nyai Mas Ratu Raransantang saat hijrah dari Mesir ke Cirebon.

Keraton Kanoman memiliki kursi yang umurnya hampir 700 tahun. Kursi ini terpajang disebelah patung cupid (dewa amor) pemberian Sir Thomas Raffles.

Nah, itu dia Keraton Kanoman Cirebon yang menjadi peninggalan sejarah dan memiliki banyak kisah didalamnya. Tertarik untuk berkunjung kesana?
 

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network