Lanjut Ajie, infrastruktut UGJ yang dibangun Abah Dadang antara lain Aduitorium Kampus 1, Ruang Kuliah Fakultas Ekonomi dan FISIP, Perpustakaan 5 Pantai, Dua Gedung Baru Fakultas Kedokteran, kemudian peresmian Kab dan Klinik Cakrabuana.
Secara prestasi akademik, UGJ Cirebon menempati urutan pertama perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik di wilayah Ciayumajakuning. Selain itu, menempati urutan ke-4 PTS terbaik di Jawa Barat dan menempati urutan ke-25 PTS terbaik di Indonesia.
“Di level program studi, UGJ juga telah mencatatkan 50 persen prodi terakreditasi A. Pencapaian itu merupakan yang paling progresif dalam sejarah UGJ,” ungkap Ajie.
Melihat presasi selama menjadi Ketua YPSGJ, kepergian Abah Dadang tak hanya menyisakan kesedihan, juga kebanggaan atas pencapaian UGJ yang luar biasa.
Bahkan, tambahnya, Walikota Cirebon pun merasa kehilangan sosok Abah Dadang yang sudah mengaggap Abah Dadang seperti orangtuanya sendiri.
“Walikota Azis kerap meminta pertimbangan dari Abah Dadang dalam pengambilan keputusan sebagai kepala daerah. Di lain pihak, Abah Dadang juga tak segan menasehati Azis saat kebijakannya sebagai kepala daerah dinilai kurang tepat,” ungkapnya.
Melihat kiprahnya di dunia pendidikandi Kota Cirebin, Ajie berharap kepada Pemkot Cirebon memberikan penghargaan khusus kepada Abah Dadang.
“Cita-cita beliau luar biasa ingin menjadikan Kota Cirebon ini sebagai kota pendidikan, maka sudah selayaknya Pemkot Cirebon memberikan penghagaan, apa bentuknya saya serahkan kepada Pemkot Cirebon," kata Ajie.
Selain pihak pemeritah, Ajie juga berharap kepada pihak YPSGJ juga memberikan penghargaan kepada kelurga Abah Dadang, seperti keterlibatan keluarga dalam yayasan.
“Misalnya salah seorang anak Abah Dadang dilibatkan dalam pengurus YPSGJ sebagai apa saja yang penting ada penghargaan yang layak,” tutup Ajie.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait