Kelenteng Talang disebut bukti jejak pendaratan pertama ekspedisi armada Laksamana Cheng Ho pada abad ke-15 di Cirebon.
"Waktu itu ada kapal yang rusak dan berhenti di tengah laut. Cheng Ho melihat Kota Cirebon dari kejauhan terlihat sangat bagus dengan latar belakang Gunung Ciremai. Saat itu Cheng Ho datang di pelabuhan Muara Jati Cirebon," cerita Ciu Kong Giok atau Teddy Setiawan, Ketua Majelis Ulama Konghucu Indonesia Kota Cirebon saat ditemui iNewsCirebon.id, Sabtu (21/1/2023).
Ketua Majelis Ulama Konghucu Indonesia Kota Cirebon, Ciu Kong Giok atau Teddy Setiawan. Foto: Ali Solihin/iNewsCirebon.id
Lebih lanjut Teddy bercerita, Laksamana haji Kung Wu Ping kemudian diperintahkan menetap.
"Waktu itu, Cheng Ho melihat perlu mendirikan kantor konsulat atau perwakilan para perantau-perantau Tiongkok yang datang ke Cirebon," katanya.
"Klenteng Talang dibangun pada tahun 1415 M, dimana Cheng Ho menugaskan Kung Wu Ping, salah satu bawahannya untuk mendirikan Klenteng Talang, mendirikan Mercu Suar di Gunung Jati kemudian mengolah kayu jati yang ada di Gunung Jati sebagai bahan-bahan untuk membangun klenteng ini," lanjut cerita Teddy.
Dijelaskan Teddy bahwa semula Klenteng Talang berbentuk sangat sederhana dan semi permanen yang berfungsi sebagai tempat perwakilan para pedagang dari negeri Cina sebagi tempat bongkar muat barang dagangannya. Kemudian terbentuklah komunitas masyarakat Tionghoa Muslim atau Hanafi di daerah Sembung, Sarindil serta Talang.
Berjalannya waktu, pada saat dinasti Ming terjadilah pergantian kaisar dimana Yung Le atau Yung Lo turun tahta dan digantikan oleh saudaranya, sehingga pada tahun 1450-1475, masyarakat Tionghoa di Cirebon telah putus hubungan dengan Negara Tiongkok.
"Sebenarnya catatan sejarah itu sudah ditemukan oleh Poortman di Semarang dan Klenteng Talang Cirebon," terang Teddy.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait