3. Sering Memihak Kepada Rakyat Pribumi
Selama menjabat sebagai komandan kompi dan komandan batalyon, Gatot Subroto dinilai sering memihak kepada rakyat pribumi, karenanya ia sering mendapat teguran dari atasannya.
Keikutsertaan Gatot Subroto menjadi anggota KNIL maupun PETA tidaklah mengindikasikan dirinya seorang kaki tangan pihak kolonial atau jiwa kebangsaannya yang rendah.
Tapi hal itu hanyalah sebatas pekerjaan yang sudah lumrah pada masa itu. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tahun 1945-1946 di Banyumas, Gatot Subroto berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian, dia kemudian diangkat menjadi komandan polisi di Purwokerto untuk mengamankan daerah tersebut.
4. Menjadi Kepala Siasat Banyumas
Setelah Pemerintah membentuk TKR di Banyumas, dibentuklah Divisi V dengan Kol.Sudirman sebagai komandan dan Gatot Subroto menjadi Kepala Siasat.
Ketika perang melawan sekutu, Kolonel Gatot Subroto dipercaya untuk sebagai Komandan Front dan memegang komando teknis serta bertanggung jawab atas pasukan dari resimen Purwokerto dan Cilacap dalam perang Ambarawa. Setelah sukses di Ambarawa, Kolonel Gatot Subroto akhirnya diangkat menjadi Panglima Divisi II Sunan Gunung jati.
5. Melawan Agresi Belanda 1
Ketika Agresi Belanda I dimulai, Kolonel Gatot Subroto memimpin pasukannya untuk melawan agresi pasukan Belanda dengan pasukannya yang berada di Banjarnegara. Hingga pada akhirnya Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena dinilai telah melanggar suatu Persetujuan Linggajati.
Nah, itulah sosok Jenderal TNI Gatot Subroto, namanya ada disetiap daerah. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan pembaca semua.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait