Ruben Onsu Didiagnosis Empty Sella Syndrome, Penyakit Apakah Itu?

Tim Liputan
Ini penyakit Ruben Onsu, harus melakukan tranfusi darah hingga rawat inap di ICU (Foto: Youtube The Onsu Family)

Apa Saja Gejala Empty Sella Syndrome?

Penderita ESS umumnya tidak mengalami gejala apa pun, sehingga sering kali sulit terdeteksi.

Gejala baru muncul bila kelenjar pituitari mengalami penyusutan yang kemudian memicu ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.

Setiap penderita ESS bisa saja merasakan gejala yang berbeda karena bergantung pada hormon apa yang dipengaruhi. Beberapa gejala dari empty sella syndrom yang biasanya muncul adalah:

  • Kelelahan sepanjang waktu
  • Sakit kepala kronis
  • Penurunan kualitas penglihatan
  • Mata kering
  • Tekanan darah tinggi
  • Penurunan gairah seksual
  • Gangguan menstruasi pada wanita
  • Impotensi pada pria
  • Interfilitas
  • Keluar cairan jernih dan tidak berbau dari hidung.

Bagaimana Cara Mengobati Empty Sella Syndrome?

Untuk mendiagnosis ESS perlu menanyakan seputar riwayat kesehatan penderita maupun keluarga, serta melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang.

Pemeriksaan penunjang akan meliputi tes darah untuk mendeteksi kadar hormon tertentu, serta CT scan atau MRI kepala untuk menilai keadaan sella tursika dan kelenjar pituitari.

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan penderita mengalami ESS tetapi kelenjar pituitari tidak berubah secara signifikan, fungsi hormon tidak terganggu, dan tidak ada gejala, penanganan secara medis umumnya tidak perlu dilakukan dan hanya pemantauan rutin.

Namun, bila kelenjar pituitari menyusut sehingga mengganggu fungsi hormon dan menyebabkan berbagai gejala, maka akan memberikan pengobatan yang bisa membuat hormon dalam tubuh kembali seimbang.

Selain itu, pengobatan lainnya, seperti antinyeri, obat tetes mata, maupun antihipertensi, juga akan diberikan untuk meredakan gejala.

Jika terjadi kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung, tindakan operasi mungkin akan dilakukan.

Sebenarnya, penyakit ini tidak berbahaya selama dikontrol dan diobati sejak dini.

Meski begitu, komplikasi yang timbul akibat tekanan pada otak, gangguan hormon, maupun masalah aliran cairan serebrospinal berisiko membuat kondisi penderitanya memburuk hingga berakibat fatal.

Editor : Miftahudin

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network