get app
inews
Aa Text
Read Next : Karyawati Klinik di Bogor Mengalami Pelecehan Seksual oleh Remaja Bermotor, Aksinya Terekam CCTV

Kisah Hafid, Lulusan Kedokteran UI dan Spesialis THT di Singapura Memilih Tinggal di Kolong Jembatan

Rabu, 30 Juli 2025 | 10:55 WIB
header img
Hafid (kiri) lulusan kedokteran UI dan pernah belajar di Singapura untuk spesialis THT memilih tinggal di kolong jembatan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah. Foto: YouTube Sinau Urip

DEMAK, iNewsCirebon.id - Kisah mengharukan datang dari Hafid, seorang pria paruh baya yang tinggal di kolong jembatan Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.

Di balik bilik bambu yang dibangun warga sekitar jembatan Kadilangu, tempatnya tinggal, ada kisah mengharukan dari sosok Hafid.

Saat ditemui Sukaryo Adiputro atau Adi, pemilik akun YouTube Sinau Urip, Hafid menceritakan kisah hidupnya.

Hafid mengaku dia lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Setelah menjadi dokter umum, dia lalu melanjutkan pendidikannya di Singapura untuk menjadi dokter spesialis.

"Saya melanjutkan pendidikan di Singapura, meraih gelar spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT)," tutur Hafid.

Setelah menempuh pendidikan spesialis THT di Singapura, lanjut Hafid, ia kemudian melanjutkan studi selama empat tahun di Italia.

Sepulangnya ke Indonesia, ia membuka apotek di Jember bersama sang istri yang berasal dari Cianjur dan juga berprofesi sebagai dokter.

Dia melanjutkan, keputusan tinggal di kolong jembatan diambil Hafid setelah mengalami tragedi besar dalam hidupnya.

Istrinya yang juga seorang dokter, serta anak semata wayangnya yang merupakan lulusan Jerman, meninggal dunia. Peristiwa ini mengubah hidup Hafid secara drastis.

"Setelah mereka meninggal, saya tinggalkan semuanya. Apotek saya tutup, pekerjaan saya lepas” ujar Hafid.

Sehari-hari, Hafid menjalani rutinitas spiritual. Dari tempat tinggalnya yang berada di bawah jembatan, ia berjalan ke Masjid Kadilangu untuk beribadah, kemudian melanjutkan perjalanan ke makam Sunan Kalijaga.

Sisanya, ia habiskan waktu menyendiri di tempat tinggalnya yang sederhana.

“Sudah sembilan tahun saya tinggal di sini,” tukansya.

Meski masih memiliki keluarga besar dan pondok pesantren di Jember, Hafid mengaku tidak betah berlama-lama di rumah.

“Saya anak tunggal, tapi punya tiga adik angkat yang semuanya sarjana kesehatan. Kadang pulang ke Jember, tapi enggak kerasan, lalu balik ke sini lagi,” ujarnya.

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut