get app
inews
Aa Text
Read Next : Wamen P2MI Tinjau Simulasi Program MBG di Cirebon

Kisah Pilu Tasmi, Pekerja Migran Asal Cirebon yang Meninggal di Perantauan

Kamis, 10 Juli 2025 | 19:19 WIB
header img
Apandi, adik kandung tasmi saat memperlihatkan foto almarhumah. Foto : Riant Subekti

CIREBON, iNewsCirebon.id - Sudah 12 tahun Tasmi meninggalkan tanah kelahirannya di Cirebon demi mencari nafkah di negeri seberang. Ia pergi dengan harapan, bekerja di Malaysia agar bisa memperbaiki nasib keluarga. Tapi waktu berjalan, dan hidup tak selalu sejalan dengan rencana. Tasmi tak pernah pulang. Hingga akhirnya, kabar duka datang—Tasmi meninggal dunia di tanah rantau, seorang diri.

 

Rabu, 9 Juli 2025, menjadi hari yang tak akan dilupakan Apandi, adik kandung almarhumah. Kabar duka itu datang dari keponakannya, anak Tasmi, yang mengabarkan bahwa ibunya telah mengembuskan napas terakhirnya di tempat kos di Kuala Lumpur.

 

“Saya gemetar waktu terima telepon itu. Rasanya seperti dunia runtuh. Kakak saya pergi dalam kesendirian, jauh dari keluarga,” ucap Apandi, menahan air mata. Kamis (10/7). 

Tasmi, perempuan tangguh berusia 50 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga di Malaysia sejak 2013. Sejak saat itu, ia tak pernah kembali ke kampung halaman. Bukan karena tak rindu, tapi karena tak ada biaya. Bahkan untuk sekadar menelpon, komunikasi dengan keluarga kerap terputus oleh keterbatasan.

 

“Ia sering mengeluhkan sakit karena diabetes. Minggu lalu sempat bilang ingin pulang. Tapi saya tahu, kakak saya tak punya cukup uang untuk itu,” ujar Apandi lirih.

 

Menurut cerita keluarga, Tasmi hidup hemat, menyisihkan setiap ringgit untuk anaknya di kampung. Ia memendam semua sakit dan rindu demi menjalani kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga.

 

Namun takdir berkata lain. Tubuhnya yang sakit tak kuat lagi menahan. Ia ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya. Jenazahnya kini berada di rumah sakit Kuala Lumpur, menunggu proses pemulangan yang belum juga terlaksana.

Kini, Apandi hanya bisa berharap—agar kakaknya bisa pulang untuk terakhir kalinya.

“Saya mohon, kepada siapa pun, terutama kepada pemerintah dan Bapak Presiden Prabowo Subianto. Tolong bantu kami. Kakak saya ingin pulang. Kami ingin memakamkannya di kampung, di tempat kelahirannya,” ucapnya penuh harap.

Apandi mengaku tak memiliki cukup biaya untuk mengurus semua proses pemulangan jenazah. Ia pun kini berjuang seorang diri, setelah dua saudara mereka lainnya lebih dulu wafat.

Kisah Tasmi adalah cermin dari ribuan pekerja migran Indonesia yang berjuang dalam diam. Mereka meninggalkan keluarga, menahan rindu, dan kadang harus menutup rasa sakit demi menyambung hidup. Tapi tak semua dari mereka bisa pulang membawa senyum. Ada yang, seperti Tasmi, hanya bisa kembali dalam peti jenazah.

Dan yang tersisa adalah harapan—agar ia bisa sampai kembali ke tanah yang ia rindukan selama 12 tahun lamanya.

 

 

 

Editor : Miftahudin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut