get app
inews
Aa Text
Read Next : GEGER CIREBON Tetangga Gasak Emas Batangan Rp 400 Juta Lebih!

Waspada Leptospirosis! Warga Melakasari Cirebon Buru Tikus Pembawa Bakteri Mematikan

Sabtu, 14 Juni 2025 | 13:10 WIB
header img
Warga Desa Melakasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, tengah siaga penuh memburu tikus. Foto: Muslimin

CIREBON, iNewsCirebon.id – Warga Desa Melakasari, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, tengah siaga penuh. Mereka mencurigai adanya penyebaran bakteri leptospirosis di wilayah mereka, dan kini fokus memburu tikus yang diduga menjadi biang keladinya.

Selama dua hari terakhir, warga bersama aparat desa bahu-membu membabat persembunyian tikus-tikus ini. Hingga Sabtu (15/6/2025), sedikitnya 12 ekor tikus berhasil ditangkap. Namun, tikus tua, botak, dan tidak berbulu yang diyakini sebagai pembawa utama bakteri mematikan itu, belum juga ditemukan.

"Kami akan terus mencari dengan berbagai cara, termasuk pakai racun tikus khusus," ujar Kuwu Melakasari, Sochibi. Ia juga menambahkan bahwa warga sudah sepakat untuk tidak memukul tikus secara langsung agar tak terjadi penyebaran bakteri lewat darah.

Pencarian tikus tidak hanya dipusatkan di sekitar rumah pasien yang terdampak di RT 04 RW 01, Dusun 1, tetapi juga diperluas ke area lain. Menurut Sochibi, warga kesulitan karena banyak tikus bersembunyi di bawah jembatan dan pondasi saluran pembuangan.

Dinas Kesehatan memberikan petunjuk bahwa tikus pembawa leptospirosis biasanya tampak tua, tidak berbulu, dan sudah di fase akhir hidupnya. Tikus jenis ini dianggap sangat berbahaya jika ditangani sembarangan karena darah atau cairan tubuhnya bisa langsung menyebarkan bakteri ke manusia.

"Biasanya tikus-tikus ini aktif di malam hari, jadi kami akan lebih fokus pasang jebakan saat malam," harap Sochibi, berharap tikus yang dicari segera tertangkap agar warga bisa bernapas lega.

Sementara itu, pasien yang sebelumnya positif leptospirosis kini mulai membaik setelah dirawat di RS IHC Pelabuhan Cirebon dan sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Kuwu Sochibi juga menekankan pentingnya empati terhadap pasien. Ia mengimbau warga untuk tidak mengucilkan yang bersangkutan. "Menurut tim medis, penularan leptospirosis tidak lewat udara. Hanya bisa melalui kontak dengan urin, feses, atau makanan bekas pasien. Jadi, tidak perlu khawatir berlebihan," jelasnya.

Keluarga pasien yang berjumlah tujuh orang juga diminta menjaga jarak, terutama menghindari makan dalam satu wadah yang sama sampai pasien dinyatakan sembuh total oleh dokter. Sochibi menduga, tikus pembawa leptospirosis ini kemungkinan besar terbawa arus banjir dari luar desa. "Desa kami rawan banjir. Bisa jadi tikus itu datang dari luar dan terbawa air," pungkasnya.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut