CIREBON, CirebonINews.id - Peninggalan Kerajaan Cirebon memiliki banyak kisah menarik dengan nilai sejarah yang tinggi. Kesultanan Cirebon memiliki hubungan erat dengan walisongo di Indonesia yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa bagian barat dan Lampung, terutama yang kita kenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Kesultanan Cirebon bertahan selama 3 abad, dimulai saat diakui sebagai Sri Mangana (Penguasa) Cirebon pada tahun 1430 hingga terjadinya kerusuhan kekuasaan karena kekosongan posisi Sultan Cirebon setelah Sultan Abdul Karim meninggal pada tahun 1677.
Mataram menggunakan tipu daya pada masa pemerintahan Amangkurat I dan mendekati sebagian keluarga Kesultanan Cirebon dengan koloni Belanda, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Kesultanan Cirebon secara perlahan.
Terlebih lagi, konflik internal di antara anggota keluarga besar Kesultanan Cirebon semakin mempercepat keruntuhan Kesultanan Cirebon pada akhir abad ke-17.
Runtuhnya kekuasaan Kesultanan Cirebon meninggalkan banyak jejak peninggalan sejarah, yang membuat kota Cirebon memiliki banyak warisan sejarah yang berharga.
10 Peninggalan Kerajaan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan berawal dari keraton Pakungwati. Pakungwati diambil dari nama Ratu Dewi Pakungwati yang dijadikan sebagai penghormatan. Pada 1677, terjadi konflik internal di Kesultanan Cirebon karena perbedaan pendapat di kalangan keluarga mengenai penerus kerajaan.
Sehingga Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk membagi Kesultanan Cirebon menjadi tiga, yaitu Kesultanan Kanoman, Kesultanan Kasepuhan, dan Panembahan Cirebon. Dan Kesultanan Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan dapat dikunjungi hingga saat ini.
Sebagai bangunan yang penuh dengan sejarah, Kesultanan Cirebon memiliki kondisi bangunan masih terawat sangat baik. Posisi Keraton Cirebon memiliki ciri khas yang selalu menghadap ke utara dan berdekatan dengan masjid.
Bangunan Mande Pengiring
Didalam Keraton Kasepuhan terdapat Bangunan Mande Pengiring yang dibangun oleh Sunan Gunung jati. Nama Mande Pangiring diambil dari fungsi bangunan tersebut, yang dijadikan tempat duduk bersantai oleh para Pangiring Sultan. Bangunan Mande Pangiring juga melambangkan kekuasaan Kesultanan tersebut.
Keraton Kanoman
Keraton Kanoman dibangun oleh, Sultan Anom I atau Pangeran Mohamad Badridin pada sekitar tahun 1678 M. Adat-istiadat dan pepakem masih kental dirayakan oleh Keraton Kanoman, di antaranya menjalankan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah hari raya Idul Fitri dan berziarah ke makam Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman sangat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam yang giat dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Keraton Keprabon
Keraton Keprabon disebut bangunan Ndalem dalam segi Arsitektur. Keraton Keprabon tidak memiliki Struktur komplek didalamnya, tidak juga memiliki alun-alun. Keraton Keprabon juga tidak memiliki Masjid Agung namun dapat terlihat seperti bangunan pemangku adat.
Keraton Keprabon dibangun Pangeran Raja Adipati Keprabon untuk dijadikan tempat pembelajaran yang mendalami agama islam.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa atau yang biasa dikenal dengan Masjid Agung Cirebon berada didalam kompleks Keraton Kasepuhan, yang bertempat di bagian barat dari lokasi alun-alun Kota Cirebon.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1480 Masehi pada masa penyebaran Wali Songo di tanah jawa. Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa didesain oleh Sunan Kalijaga dan dibangun secara gotong royong sebanyak 500 orang.
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan adalah sebuah bangunan kolonial yang menyimpan banyak benda benda bersejarah. Dahulu, Keraton Kacirebonan dibangun pada 1800 M oleh Pangeran Muhamad Harudhin. Beliau adalah Putra Mahkota Sultan Kanoman ke-IV.
Keraton Kacirebonan berada di sebelah barat daya dari posisi Keraton Kasepuhan dan selatan Keraton Kanoman.
Alun - alun Sangkala Buana atau Saptonan
Saptonan atau Alun-alun Sangkala Buana biasa digunakan sebagai tempat atau kegiatan acara resmi Keraton. Para sultan Cirebon akan menyaksikan acara dari tempat duduknya yang berada di Mande Malang Semirang di kompleks Siti inggil.
Makam Sunan Gunung Jati
Makam Sunan Gunung Jati menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon yang selalu ramai dikunjungi, bahkan pengunjung bisa hadir dari berbagai daerah.
Makam Sunan Gunung Jati berada di bukit Gunung Sembung, kompleks makamnya berada di lintasan Cirebon-Indramayu.
Patung Macan Putih
Dimasa kerajaan Cirebon pada abad ke-15 meninggalkan bangunan sejarah yaitu Patung Macan Putih. Patung Macan Putih dibuat sebagai perwujudan legenda macan putih yang memiliki kekuatan mistis, dan dipercaya dapat melindungi kerajaan dari bahaya.
Patung Macan Putih memiliki arti dari sebuah keberanian, kekuatan, dan melambangkan sebuah keadilan dan merupakan simbol penguasa yang memiliki rasa yang adil dan bijaksana.
Namun banyak masyarakat yang menganggap bahwa Patung Macan Putih memiliki tanda sakral yang menandakan keturunan Prabu Siliwangi.
Kereta Singa Barong Kasepuhan
Cucu Sunan Gunung Jati mewariskan karyanya yang bisa kita lihat sampai saat ini, yaitu Kereta Singa Barong Kasepuhan yang dibuat pada 1549 masehi.
Dekor dari kereta tersebut menggambarkan berbagai bagian tubuh binatang, dengan memiliki arti sebagai lambang persahabatan dari sejumlah negara.
Pada bagian belalai melambangkan persahabatan dengan India, kepala naga pada bagian kepala kereta melambangkan persahabatan dengan negara Tiongkok, pada bagian sayap melambangkan buroq sebagai tanda persahabatan dengan Mesir.
Nah, itu dia Peninggalan Kerajaan Cirebon. Apakah tertarik untuk berkunjung?
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta