Untuk itu, salah satu cara yang dilakukan pemerintah setempat untuk menurunkan angka statistik bunuh diri di hutan ini adalah dengan memasang banyak tanda di sepanjang jalan setapak yang diukir dengan pesan positif untuk para pejalan kaki.
Papan-papan imbauan ini telah ditempatkan untuk mengingatkan pengunjung, hidup mereka memiliki makna dan tujuan.
Papan-papan ini di antaranya bertuliskan ‘pikirkan tentang anak-anak Anda, tentang keluarga Anda’, ‘silahkan berkonsultasi dengan polisi sebelum Anda memutuskan untuk mati’, atau ‘hidupmu adalah hadiah berharga dari orangtuamu.’
Beberapa juga ada yang langsung menuliskan ke intinya, dengan mencantumkan nomor telepon hotline pencegahan bunuh diri di Jepang.
Meskipun tak selalu berhasil, dengan papan imbauan yang ada di sekitar kawasan hutan tersebut cukup berperan penting dan bahkan mengubah pikiran mereka.
Menandai pohon dengan pita plastik
Pengunjung biasanya menggunakan selotip untuk menandai jalan mereka melalui Hutan Aokigahara yang padat dengan pepohonan. Para relawan yang mencari mayat atau mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya menandai rute dengan menempelkan pita plastik ke pohon. Hal ini mencegah para pencari tersesat setelah mereka keluar jalur.
Pita yang dikaitkan di pohon juga sebagai petunjuk arah pulang, jika sewaktu-waktu mereka urung niat bunuh diri bisa kembali.
Petunjuk arah tidak bisa bekerja dengan baik
Ada banyak hutan di dunia yang jauh lebih besar dari Aokigahara, tetapi dedaunannya yang lebat membuat orang yang memasuki kawasan hutan ini mudah tersesat.
Bahkan. membawa ponsel ataupun alat navigasi lain seperti pelacak GPS, atau kompas, tak jarang gagal untuk dioperasikan ketika berada di dalam hutan ini.
Menurut para ilmuwan, tanah dan area sekitarnya memiliki jumlah besi magnet yang tinggi sehingga kompas sering bergerak dalam pola yang aneh.
Pengunjung yang masuk ke hutan ini harus mengandalkan peta kertas dan tak pernah berani untuk menyimpang jauh dari jalur yang telah ditentukan.
Editor : Miftahudin