MAJALENGKA,iNewsCirebon.id - Goa di Majasari Majalengka yang Viral, ternyata didalamnya nampak Teduh dan Riuh Suara Alam, Warga Kabupaten Majalengka dihebohkan dengan kabar adanya pasangan suami-istri (pasutri) yang disebut-sebut tinggal di dalam Goa tersebut.
Pasangan bernama Nuryana-Tuti, warga Desa Majasari, Kecamatan Ligung ini pun menjadi buah bibir netizen.
Minggu (6/11/2022) siang, reporter MPI mencoba menelusuri kabar tersebut dengan mengunjungi lokasi yang dimaksud.
Secara rinci, Goa tersebut berada di area pemakaman Buyut Tianganjung Desa Majasari.
Dari letak, pemakaman itu memiliki jarak yang lumayan jauh dengan pemukiman. Terletak di tengah sawah dan dibatasi sungai, lahan area pemakaman itu cukup rindang dengan banyaknya pohon-pohon besar.
Di ujung area pemakaman sendiri terdapat jurang, atau warga setempat biasa menyebutnya Gawir.
Di bagian bawah gawir itulah terdapat Goa, yang menghadap ke lahan pertanian yang ditanami Kangkung dan Genjer.
Begitu tiba di lokasi, suasana teduh begitu terasa. Deretan pohon-pohon besar dan kicauan berbagai jenis burung liar, menguatkan kesan keasrian area pemakaman yang di dalamnya terdapat Goa.
Seperti pada umumnya Goa yang memiliki lubang panjang. Pemandangan tersebut juga terlihat di Goa yang disebut-sebut menjadi tempat tinggal Nuryana bersama sang istri.
Bagi yang ingin masuk, harus menundukkan badan lantaran mulut Goa itu memiliki ketinggian yang rendah. Begitu berada di dalam, orang yang masuk bisa berdiri tegak.
Namun, Goa tersebut bukan lah Goa yang dibuat oleh orang-orang terdahulu, apalagi manusia pra sejarah.
Yup, goa itu baru hadir setelah dibuat oleh Nuryana sekitar 7 tahun lalu.
"Sekitar tujuh tahunan lalu," kata Nuryana, mengawali cerita ihwal kabar dirinya tinggal di dalam Goa.
"Jadi sebenarnya nggak tinggal di dalam Goa. Tapi memang setiap hari kami ke sini, karena ya punya ladang. Ini yang ditanami Kangkung ini, lahan saya. Dan saya dari kecil sudah terbiasa diajak ke sini sama ayah," kata dia, menanggapi kabar itu.
Keberadaan Goa sendiri, memerlukan waktu yang cukup lama. Diakuinya, dia sendiri yang membuat galian di Gawir, hingga akhirnya 'lahir' lah Goa milik 'pribadi.' itu.
"Nggak sekaligus. Tanah dari galian itu, saya gunakan untuk mengurug jalan yang ke arah sungai. Tadinya kan curam banget," kata dia.
Bagi yang ingin masuk, harus menundukkan badan lantaran mulut Goa itu memiliki ketinggian yang rendah. Begitu berada di dalam, orang yang masuk bisa berdiri tegak.
Namun, Goa tersebut bukan lah Goa yang dibuat oleh orang-orang terdahulu, apalagi manusia pra sejarah.
Yup, goa itu baru hadir setelah dibuat oleh Nuryana sekitar 7 tahun lalu.
Ditemukan di Majalengka
"Sekitar tujuh tahunan lalu," kata Nuryana, mengawali cerita ihwal kabar dirinya tinggal di dalam Goa.
"Jadi sebenarnya nggak tinggal di dalam Goa. Tapi memang setiap hari kami ke sini, karena ya punya ladang. Ini yang ditanami Kangkung ini, lahan saya. Dan saya dari kecil sudah terbiasa diajak ke sini sama ayah," kata dia, menanggapi kabar itu.
Keberadaan Goa sendiri, memerlukan waktu yang cukup lama. Diakuinya, dia sendiri yang membuat galian di Gawir, hingga akhirnya 'lahir' lah Goa milik 'pribadi.' itu.
"Nggak sekaligus. Tanah dari galian itu, saya gunakan untuk mengurug jalan yang ke arah sungai. Tadinya kan curam banget," kata dia.
"Selesai menggali, terus disemen gitu. Dan itu pun sama, nggak sekaligus. Ini panjangnya sekitar 10 meter, dan ada pintu keluar juga. Jadi lubangnya teh ada dua," tuturnya lebih lanjut.
Terkait tujuannya membuat Goa, Nuryana mengaku memang sengaja. Namun, tidak berati sengaja membuat Goa, melainkan hanya untuk berteduh, ketika capai atau turun hujan saat mengolah lahan miliknya.
"Buat neduh aja. Terus sekarang banyak yang nyebut Goa. Kalau pas ujan, neduh di dalam teh, enak. Nggak kaget sama petir juga. Ya di dalam juga bisa salat, karena kan
Selain Goa, di loaksi itu juga terdapat gubuk terbuat dari bambu dan kayu.
Gubuk itu digunakan untuk berteduh, saat cuaca cerah. "Ya kaya sekarang ini, pas cerah kita di sini. Kalau hujan, masuk ke Goa," kata Tuti, istri dari Nuryana.
"Kalau malam mah kita pulang A. Itu nyicil bikinnya. Ini aja, gubuk ya bikin sendiri, masang asbes. Kami siang ke sini, kalau malam pulang. Jadi nggak tinggal menetap di sini," katanya.
Selain Goa, di loaksi itu juga terdapat gubuk terbuat dari bambu dan kayu.
Gubuk itu digunakan untuk berteduh, saat cuaca cerah. "Ya kaya sekarang ini, pas cerah kita di sini. Kalau hujan, masuk ke Goa," kata Tuti, istri dari Nuryana.
"Kalau malam mah kita pulang A. Itu nyicil bikinnya. Ini aja, gubuk ya bikin sendiri, masang asbes. Kami siang ke sini, kalau malam pulang. Jadi nggak tinggal menetap di sini," katanya.
Di sisi lain, Kasi Pemerintahan Desa Majasari Cecep Mulyana menjelaskan, Nuryana merupakan salah satu warga di desa itu. Dia merupakan warga Blok Trisari, Desa setempat.
"Dia punya ladang di sana. Jadi, ya biasa ke ladang, kalau malam mah pulang," kata dia.
Di lokasi sendiri, selain Goa, ada juga patung-patung hasil kerajinan Nuryana. Setidaknya ada empat patung yang terdiri dari tiga patung hewan dan satu patung manusia.
Untuk patung manusia, terapa di atas pintu masuk Goa.
"Dia mah orang nya kreatif," kata Cecep.
Editor : Miftahudin