TOXIC positivity menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Lantas apa itu toxic positivity? Berikut ulasan lengkapnya agar kita tidak terjebak di dalam toxic positivity.
Dalam kehidupan, manusia sering kali merasa berat dan berada di titik terendah dalam hidupnya. Itu hal yang wajar karena merupakan salah satu proses manusia untuk belajar menjadi lebih dewasa.
Jika seseorang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, biasanya akan menjadi lebih sensitif dengan hal sepele seperti postingan di media sosial ataupun sensitif karena ucapan seseorang. Sebagai tameng, terkadang secara tidak sadar manusia mengeluarkan kalimat positif alih-alih sebagai penyemangat.
Namun usaha atau pertahanan dengan kalimat positif tersebut justru adalah sebuah kalimat toxic yang bermakna negatif untuk diri sendiri. Hal itu bisa disebut sebagai toxic positivity. Lalu, apa pengertian dari toxic positivity?
Dilansir dari berbagai sumber telah terangkum beberapa hal untuk lebih mengenal toxic positivity.
Pengertian Toxic Positivity
Toxic Positivity merupakan keadaan seseorang untuk tetap harus bersikap positif dan menghilangkan emosi negatif dari dalam pikiran. Sederhananya memaksa seseorang harus berpikir positif meskipun sedang dalam keadaan tidak baik seperti kecewa, marah dan sedih.
Berpikir positif memang hal yang baik. Namun jika pikiran positif tersebut diikuti dengan keadaan seseorang yang sedang kacau bukan hal yang baik untuk dilakukan.
Perasaan sedih, marah ataupun kecewa harus dirasakan dan manusia tidak boleh menyangkal perasaan tersebut. Hal tersebut akan berdampak buruk dan berbahaya bagi kesehatan mental.
Ciri-Ciri Toxic Positivity
Ada beberapa ciri-ciri untuk mengenali toxic positivity, yaitu:
1. Memilih menghindari masalah daripada menghadapinya
2. Menyembunyikan perasaan sedih, kecewa dan marah dengan berperilaku positif
3. Merendahkan seseorang jika mengeluh dan tidak ada sikap positif
4. Melupakan secara paksa emosi negatif
Dampak Buruk Toxic Positivity
1. Mengakibatkan Stres
Saat seseorang mulai menyangkal atau bahkan ingin menghilangkan perasaan negatif pada dirinya, justru akan membuat seseorang itu lebih tertekan. Rasa tertekan tersebut akan menjadi pemicu untuk overthinking dan merasa takut dengan apa yang akan terjadi di hidupnya.
2. Membuat Diri Sendiri Merasa Bersalah
Jika seseorang memaksakan dirinya untuk terus berpikir positif maka akan menimbulkan perasaan bersalah. Karena menurutnya emosi negatif yang dia rasakan tidak bisa diterima oleh lingkungan sekitar dan takut akan menimbulkan permasalahan lain.
3. Menghambat Perkembangan
Penyangkalan emosi juga berarti membuat seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi perasaan tersebut. Tentunya hal demikian akan menghambat seseorang dalam perkembangan, pertumbuhan dan pikiran seseorang.
4. Sulit Bersosialisasi
Apabila seseorang menerapkan toxic positivity, akan membentuk kepribadian seseorang tidak jujur terhadap dirinya sendiri bahkan orang lain. Karena jika memiliki toxic positivity cenderung akan menutupi semua permasalahan dari orang lain dan membuat dirinya menjadi lebih sulit untuk bersosialisasi. Saat bergaul atau mencoba bersosialisasi, akan lebih sering menekankan diri sendiri terlihat bahagia.
Editor : Miftahudin