JAKARTA, iNews.id - Ukraina dilanda wabah kolera. Penyakit ini muncul akibat buruknya sistem sanitasi dan mayat yang membusuk di jalanan.
Jika biasanya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta bantuan persenjataan, kali ini dia mendesak bantuan kemanusiaan untuk Mariupol terkait wabah penyakit mematikan di kota itu.
Hingga saat ini tentara Ukraina habis-habisan mempertahankan Kota Sievierodonetsk dari gempuran pasukan Rusia. Hanya secuil daerah di kota yang berada di Provinsi Luhansk itu yang belum bisa direbut pasukan Rusia.
Sementara itu di saat yang sama, Mariupol, kota yang sudah sepenuhnya direbut pasukan Rusia, dalam kondisi sangat memprihatinkan. Tak ada lagi pertempuran di kota itu, namun kini warga dibayangi wabah penyakit akibat buruknya sistem sanitasi dan mayat yang membusuk di jalanan.
"Ada wabah disentri dan kolera. Perang yang merenggut nyawa 20.000 penduduk. Sayangnya, dengan wabah infeksi ini, akan merenggut ribuan nyawa warga Mariupol lagi," kata Zelensky, dalam wawancara dengan stasiun televisi Ukraina, dikutip dari Reuters, Sabtu (11/6/2022).
Dia mendesak PBB dan Komite Palang Merah Internasional untuk kembali membangun koridor kemanusiaan sehingga memungkinkan penduduk yang tersisa meninggalkan kota. Mariupol saat ini berada dalam kendali penuh pasukan Rusia.
Sementara itu, perang Sievierodonetsk terus berkecamuk. Kota tersebut menjadi sasaran serangan artileri pasukan Rusia hampir setiap hari. Perang berlangsung tak seimbang, di mana Ukraina tak dilengkapi persenjataan setara, secara jumlah dan kualitas, untuk menangkap serangan pasukan Beruang Merah.
Sangat beralasan bagi Ukraina untuk habis-habisan mempertahankan Sievierodonetsk. Kekalahan di kota itu akan menjadi penentu jatuhnya Provinsi Luhansk ke tangan Rusia.
Saat ini kelompok separatis yang didukung Rusia di Donbass sudah menguasai 98 persen Luhansk. Namun situasi bisa saja berubah, setidaknya membaik, jika janji Barat yang akan mengirim persenjataan canggih terwujud.
Amerika Serikat mengirim peluncur roket sedangkan beberapa negara Eropa menjanjikan meriam artileri. Tak mudah untuk mengirim senjata-senjata itu ke wilayah konflik karena pergerakan senjata kiriman Barat selalu dipantau Rusia.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait