"Saat di Kopassus pernah bertugas di operasi militer Ambon sebanyak dua kali, saat itu operasi gabungan TNI. Jadi ada Kopassus, Marinir dan Paskhas tahun 2000 hingga 2001 dan 2002 hingga 2003. Lalu di Aceh tahun 2003-2004 dan 2005-2006 itu saat tsunami Aceh," ujar Pardal.
Pria kelahiran Sukoharjo, 20 Januari 1978 ini mengatakan bahwa penugasan di Aceh merupakan yang paling berkesan baginya.
Saat itu dia bersama rekan-rekannya dari korps Baret Merah melakukan penyergapan ke markas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang posisinya berada di tengah belantara hutan.
"Yang paling berkesan saat saya melaksanakan operasi tempur di Aceh. Saat itu berhadapan langsung dengan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) namanya Inspektur Ali. Itu kami melakukan penyergapan, jalan dari habis Magrib malam sampai pagi hari. Dari jarak 100 meter kita merayap mendekati sasaran," ujarnya.
Menurutnya, saat penyergapan itulah dirinya berhasil melumpuhkan salah satu pimpinan GAM bernama inspektur Ali.
Saat disergap, Ali sedang bersama anak buahnya.
"Dari mulai mendekati sasaran itu kita sangat menjaga kerahasiaan. Sampe sasaran jam “J” atau waktu penyergapan, kita serang. Lalu orang tersebut saya yang nembak. Kebetulan saya punya kemampuan nembak tersendiri. Padahal sasaran tersebut tidak diam, dia manuver," katanya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait