JAKARTA, iNewsCirebon.id - Satu lagi kampung unik di Cirebon yakni Kampung Ular Kertasura, dimana terkenal sebagai pemasok kulit ular terbesar di dunia.
Menelusuri jalan di kampung ular yang terletak di Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tentunya menjadi pengalaman yang menakjubkan sekaligus mengerikan. Di kampung ini, terdapat puluhan hingga ribuan ular hidup beragam jenis terdapat dalam rumah warga.
Ular yang dianggap sebagai hewan yang mengerikan bagi masyarakat umum, tentu tidak berlaku bagi warga di kampung ular Kertasura ini. Ular-ular yang didapat dari para pemburu ular menjadi berkah tersendiri bagi warga di perkampungan ular ini terutama saat musim penghujan tiba, hal itu lantaran hampir semua warga di tempat ini memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin kulit ular.
Di sepanjang jalan perkampungan ini, Anda dapat menjumpai pembantaian ular dimana setiap minggunya terdapat ribuan ular dibunuh dan dikuliti. Tampak kulit-kulit ular yang telah terlepas dari dagingnya menumpuk di lantai pada area rumah-rumah warga untuk diproses menjadi barang baku pembuatan aksesoris seperti tas, dompet, ikat pinggang dan pakaian. Bahkan komoditas kulit ular asal desa Kertasura ini telah merambah ke berbagai belahan dunia.
Adapun jenis ular yang ditangkap merupakan ular khusus yang hidup di air baik asin, tawar maupun payau. Ular yang diambil merupakan hewan melata yang dianggap hama bagi petani, peternak hingga petambak.
Proses mendapatkan kulit ular di desa ini terbilang cukup kejam dan ketinggalan jaman, seperti yang dilansir dari kanal YouTube Pojok Terang, Senin (28/11/2022).
Proses Mendapatkan Kulit Ular
1. Mematikan Ular
Setelah badan ular mengelembung, kemudian leher ular diikat dengan tujuan agar air dalam perut tidak keluar. Proses ini akan dibiarkan selama kurang lebih 10 menit.
Sebagian ular yang belum dimatikan akan dimasukkan ke dalam tong berisi air.
2. Memisahkan Kulit Ular dari Daging
Setelah proses pertama dilewati, kemudian melakukan sayatan pada kulit ular agar terpisah dari dagingnya.
Kemudian kulit tersebut ditarik dari rahang ke ekor, seperti melepaskan sarung tangan plastik dari tangan. Secara alami, kulit yang terlepas itu akan melilit.
3. Mengeringkan Kulit Ular
Kulit ular yang telah terlepas dari dagingnya kemudian dikeringkan di atas sebuah papan. Setelah agak kering lalu dimasukkan ke dalam oven pengering yang menampung kurang lebih 60 kilogram kulit ular.
Tujuan dioven agar mengurangi kadar air sehingga kulit ular itu cepat mengering dan tidak membusuk.
4. Pencelupan Kulit Ular
Setelah di oven selama beberapa jam, kulit-kulit itu dilakukan pencelupan untuk mencari motif dan potongan yang dikehendaki.
5. Menjemur Kulit Ular di Bawah Sinar Matahari
Langkah akhir adalah dengan menjemur kulit ular tesebut di bawah sinar matahari dengan direnggangkan menggunakan sebuah alat mirip tongkat hingga benar-benar kering.
Ular-ular yang telah dikuliti dalam 1 -2 hari akan mati karena efek kejut dan dehidrasi.
Dimana daging dan jeroan ular tersebut tetap dijual dan dipercaya untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti Asma, penyakit kulit bahkan menambah vitalitas kaum pria. Sementara telur ular yang telah dikumpulkan, dijual sebagai umpan pancing.
Sementara kulit ular yang telah selesai diproses, selanjutnya akan dibuat oleh pengrajin menjadi berbagai aksesoris seperti tas, ikat pinggang dan dompet.
Tas kulit ular di Desa Kertasura dibanderol seharga Rp150.000 hingga Rp300.000 tergantung pada ukuran tas tersebut. Jika tas kulit tersebut diekspor ke luar negeri maka harganya bisa mencapai hingga Rp40 juta.
Harga kulit ular sendiri untuk satu ekor dihargai sekitar Rp3 ribu hingga Rp60 ribu bergantung pada harga pasar yang sedang berlaku, musim dan ukuran kulit itu sendiri.
Itulah sekilas tentang Kampung Ular Kertasura Cirebon, merupakan salah satu produsen kulit ular terbesar di dunia.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait