Dalam perang dahsyat seperti itu, keempat orang yang tertembak “mestinya” ditembak mati supaya tidak menjadi beban. Bahkan para senior yang dihubunginya melalui radio telah menyarankan supaya ditinggal saja.
Tapi Sutiyoso tidak tega. Sutiyoso dengan tiga anggota kemudian membopong mereka yang terluka sambil memanggul senjata. Di tengah gempuran pasukan musuh, Sutiyoso bersama tim nya terus melakukan perlawanan sambil bergerak menuju tempat yang aman.
Bahkan, anggota yang dipapah Sutiyoso meminta suapaya dia ditinggal dan dibekali granat. Jika sewaktu-waktu tertangkap, mereka akan meledakkan diri dengan granat tersebut.
“Tidak! Kamu bisa saya selamatkan. Kuatkan saja dirimu!” Mereka terus bergerak. Hari sudah siang. Sutiyoso bersama tim nya belum makan. Rasa lapar dan haus mulai menyerang. Hingga di suatu tempat yang cukup aman, Sutiyoso kemudian membuka radio dan meminta dikirim bantuan helikopter.
Namun karena terbang terlalu tinggi sehingga isyarat kepulan asap yang dibuat Sutiyoso tidak terlihat. Tapi Sutiyoso tidak mau menyerah, Kolonel Dading kembali dihubungi untuk mengirim helikopter lagi.
Namun lagi-lagi helikopter tidak dapat melihat lma titik kepul asap yang dibuat pasukan Sutiyoso. Akhirnya, Sutiyoso menembakkan pistol dengan tembakan isyarat warna hijau.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait