Demensia : Gejala, Terapi dan Pencegahan

Tim Liputan
Mengenali gejala demensia (Foto: Dailymiror)

CIREBON, iNews.id - Demensia dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan beruntun yang melibatkan seorang supir berinisial MSD (66) pengendara Mercedes Benz. Oleh karenanya perlu kita ketahui gejala, terapi dan pencegahan demensia.

Demensia merupakan suatu sindrom yang terdiri dari  sekumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan fungsi kognitif otak dalam mengingat (memori), berpikir, bertingkah laku, dan berbicara (berbahasa).

Demensia adalah penyakit yang umum terjadi pada lansia, tepatnya orang di usia 65 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Angka kejadiannya semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur.

Berdasarkan situs National Institute of Aging, demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.

Ada jenis demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan. 

Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. 

Beberapa jenis demensia progresif meliputi penyakit Alzheimer, demensia vaskuler, lewy body dementia, demensia frontotemporal, dan demensia campuran.

Faktor-faktor risiko demensia yang tidak bisa diubah meliputi pertambahan usia, riwayat kesehatan keluarga, serta masalah kesehatan seperti gangguan kognitif ringan dan sindrom Down. 

Sedangkan, faktor-faktor risiko demensia yang dapat dikendalikan atau diubah meliputi kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol, depresi, sleep apnea, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi, dan aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding arteri).

Berbagai tanda dan gejala yang menyertai demensia antar lain :
- Kehilangan ingatan.
- Kesulitan berbahasa, berkomunikasi dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari.
- Mengalami disorientasi atau kebingungan akan waktu dan tempat.
- Kesulitan dalam berpikir dan mencerna informasi.
- Sering lupa dan salah saat meletakkan suatu benda.
- Perubahan perilaku, kepribadian, dan suasana hati yang kerap terjadi secara tiba-tiba.
- Kehilangan inisiatif atau apatis pada hal apa pun, termasuk pada kegiatan yang sebelumnya pernah ditekuni.
- Kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
- Depresi.
- Halusinasi.
- Paranoid.
- Gelisah.

Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menekan resikonya, seperti:

- Berhenti merokok.
- Berolahraga secara teratur.
- Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat, misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
- Kurangi asupan alkohol.
- Menjaga berat badan.
- Meningkatkan asupan vitamin D.
- Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-teki.
- Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol.
- Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.

Demensia bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti pemberian obat penghambat kolinesterase dan memantine.

Selain mengkonsumsi obat-obatan, penderita dimensia dapat melakukan terapi psikologis seperti terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, perilaku, okupasi, dan validasi. 

Terapi pendukung juga dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik, aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga melakukan aktivitas seni. 

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk keberhasilan terapi pada penderita demensia.
 

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network