KOTA CIREBON, iNews.id - Salah satu tradisi yang ada sejak ratusan tahun silam dan masih dipertahankan sampai saat ini, khususnya untuk kalangan nelayan yang ada di Pantai Utara Jawa. Tidak terkecuali di Kota Cirebon adalah Nadran.
Nadran sendiri adalah salah satu tradisi untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rizki yang di didapatkan selama ini dari laut.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Sundusiah, mengatakan, Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun.
Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam adalah pemenuhan janji.
"Nadran merupakan ritual yang berinti pada kegiatan mempersembahkan sesajen kepada penguasa laut. Sesajen yang diberikan oleh masyarakat disebut ancak yang berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan khas dan lain sebagainya," ujar Sundusiah, Minggu (31/10/2021).
Tradisi Nadran (Foto : Dede Kurniawan)
Nadran sendri, menurut Sundusiah, biasanya diawali dengan pembuatan ancak (tempat sesaji yang berbentuk miniatur perahu yang terbuat dari bambu/styrofoam).
Ancak dibuat untuk dijadikan sebagai wadah/ tempat berbagai macam makanan dari hasil bumi dan laut.
"Setelah itu menyiapkan sesaji yang berasal dari hasil bumi dan laut ke dalam ancak, selanjutnya ada ritual tokoh adat terhadap sesaji setelah selesai dibuat atau disusun," katanya.
Prosesi selanjutnya, dijelaskan Sundusiah, ancak yang sebelumnya sudah diritual kan tadi, disimpan di suatu tempat dengan pengamanan dari warga sekitar sampai menjelang prosesi inti dari tradisi Nadran.
"Pada puncak Nadran sendiri akan dilaksanakan pelepasan ancak, dimana ancak diarak keliling kampung dan diiringi dengan berbagai macam kesenian. Kirab ancak dengan mengelilingi kampung di akhiri dengan pelesapan atau pelarungan ancak ke tengah laut yang diikuti oleh tokoh adat setempat dan beberapa warga sekitar dengan menggunakan perahu masing-masing," jelasnya.
Di saat yang bersamaan, lanjut Sundusiah, tradisi Nadran juga biasanya akan dilaksanakan pertunjukan wayang kulit digelar dengan bertujuan untuk menghibur warga yang tidak ikut dalam prosesi pelarungan ancak.
"Tepat pada saat posisi matahari tepat di atas kepala diperkirakan pukul 12.00 waktu setempat, dalang wayang kulit akan melakukan ruwatan yang bertujuan untuk tolak bala," tandasnya.
Di kota Cirebon sendiri menurut Sundusiah, tradisi Nadran masih terus di laksanakan hingga saat ini. Dan dilaksanakan di 3 titik yakni di daerah Samadikun, Cangkol dan Pesisir.
"Semoga tradisi ini bisa terus di lestarikan sebagai salah satu kearifan lokal Kota Cirebon, dan kami dari Pemkot juga sudah menjadikan Nadran ini sebagai salah satu agenda pariwisata dan budaya di Kota Cirebon," tandasnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait