JAKARTA, iNews.id - Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) M Jusuf sangat peduli terhadap kesejahteraan dan perlengkapan anggota Brimob. M Jusuf memerhatikan seluruh anak buahnya dan tidak membeda-bedakan asal kesatuan.
Brimob juga diizinkan melaksanakan latihan tempur mandiri untuk mengasah kemampuannya. M Jusuf saat itu sangat disegani anak buahnya.
Bahkan, dia terkesan dengan kehebatan pasukan Ranger atau Resimen Pelopor Brimob. Ketika itu beberapa prajurit Brimob gugur dan terluka karena menjadi tameng hidup saat melindungi M Jusuf dari berondongan senjata pemberontak.
Berdasarkan buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, M Jusuf yang masih berpangkat Brigjen TNI dan menjabat Pangdam Hasanuddin pada tahun 1960-an melihat langsung kekuatan tempur Resimen Pelopor dalam Operasi Kilat menumpas pemberontak Qahhar Mudzakkar.
Pada tahun 1957-1965, komando operasi di wilayah Sulawesi Selatan beralih ke Kodam XIV/Hasanuddin yang waktu itu dipimpin M Jusuf. Untuk menumpas pemberontakan Qahhar Mudzakkar, Pangdam Hasanuddin menggelar dua operasi militer secara berurutan yakni Operasi Tumpas dan Operasi Kilat.
Saat itu, perundingan dengan Qahhar Mudzakkar benar-benar ditutup. Ini disebabkan pada tahun 1957 dalam perundingan terakhir yang mempertemukan Qahhar Mudzakkar dengan M Jusuf terjadi kontak senjata dan nyaris menewaskan M Jusuf.
Perundingan tidak mencapai kata sepakat, bahkan ditemukan fakta Qahhar Mudzakkar tak memiliki iktikad baik. Alih-alih berusaha mencari solusi untuk mewujudkan perdamaian, dia justru menyiapkan pasukan guna menyergap pasukan pemerintah.
Ketika masuk lokasi perundingan, M Jusuf beserta staf dikepung. Beruntung, sejumlah pasukan Brimob dan pasukan pengawal Pangdam sigap melindungi Pangdam dengan cara mengevakuasi M Jusuf ke dalam panser.
Namun, beberapa prajurit Brimob gugur dan terluka karena menjadi tameng hidup saat melindungi M Jusuf.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait