JAKARTA, iNewsCirebon.id - Para bocah di bawah umur dijadikan budak seks untuk membantu meningkatkan populasi "khilafah" ISIS. Bocah belasan tahun itu diberikan pil sejenis viagra dan dipaksa melayani para wanita dari kelompok Islamic State atau ISIS yang ditahan di kamp-kamp tahanan Suriah agar hamil.
Daily Beast pada Jumat (24/2/2023) melaporkan praktik itu dengan mengutip pejabat Pasukan Pertahanan Suriah (SDF), faksi oposisi anti-pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad yang menyebutkan setidaknya 10 anak laki-laki di Camp al-Hawl di Suriah timur laut dipaksa untuk melakukan hubungan seksual dengan puluhan wanita.
Bahkan, salah satu anak laki-laki itu pingsan dan dirawat di rumah sakit setelah menelan zat mirip Viagra untuk tetap tampil prima.
"Kami dipaksa berhubungan seks dengan wanita ISIS, untuk menghamili mereka," kata dua remaja yang diidentifikasi sebagai Ahmet (13) dan Hamid (14) kepada seorang penjaga di Camp al-Hawl.
"Bisakah Anda mengeluarkan kami dari sini?" tanya salah satu anak laki-laki yang dipaksa berhubungan seks dengan delapan wanita ISIS hanya dalam beberapa hari.
Pasukan keamanan setempat membenarkan bahwa remaja laki-laki di Camp al-Roj, juga di timur laut Suriah, telah mengalami eksploitasi serupa, seperti yang dikutip dari Daily Beast.
Pejabat SDF mengatakan banyak wanita hamil di kamp, meskipun pemerintah Damaskus tidak mengetahui jumlah pastinya.
Beberapa melahirkan secara rahasia dengan harapan meningkatkan populasi ISIS, yang mereka yakini akan dibangun kembali ketika laki-laki mereka tiba untuk mengeluarkan mereka dari kamp.
Melihat hal itu, para ibu di Camp al-Roj berusaha melindungi putra mereka dari perbudakan seksual, telah memohon otoritas kamp untuk memindahkan putra mereka ke pusat rehabilitasi.
Pejabat pertahanan Suriah baru-baru ini mengadopsi kebijakan memindahkan anak laki-laki yang telah mencapai pubertas ke fasilitas rehabilitasi tersebut, di mana mereka menerima konseling anti-ekstremisme dan dipersiapkan untuk reintegrasi ke dalam masyarakat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kebijakan tersebut minggu lalu, menyebutnya "melanggar hukum" dan meyakini bahwa mereka "dihilangkan secara paksa" atau dijual.
Banyak wanita ISIS telah menolak repatriasi ke negara asal mereka bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka.
Sebagai contoh, seperti "pengantin ISIS" Shamima Begum asal Inggris, dicabut kewarganegaraannya dan dilarang kembali ke negaranya.
Seperti diketahui, Pemerintah Suriah telah menahan sekitar 8.000 wanita dan anak-anak yang berafiliasi dengan ISIS sejak kekalahan kelompok teroris tersebut pada tahun 2019. Dimana para anggota laki-laki dewasa ISIS ditahan di kamp terpisah.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait