VATICAN CITY, iNews.id - Uni Eropa (UE) melalui Komisi Eropa pada akhir November lalu mengeluarkan serangkaian rekomendasi untuk digunakan secara internal. Salah satu rekomendasi itu adalah membatasi penggunaan kata Natal.
UE berencana mengganti kata "Selamat Natal" dengan "liburan bahagia,"
Menanggapi rencana tersebut, Paus Fransiskus bereaksi keras. Menurutnya, rekomendasi itu sama dengan aturan kediktatoran paling kejam, termasuk yang fasis. Paus mengatakan mereka mengancam untuk memusnahkan tradisi dan konsep sejarah.
Pada saat yang sama, Paus Fransiskus mendesak dukungan untuk para migran dan mengatakan bahwa demokrasi terancam baik oleh populisme maupun pemerintah supranasional. Dia menyebut dokumen itu sebagai "anakronisme" dari "sekularisme yang dipermudah".
“Dalam banyak sejarah, banyak kediktatoran telah mencoba melakukannya. Pikirkan Napoleon: dari sana. Pikirkan kediktatoran Nazi, komunis,” kata Paus pada konferensi pers sekembalinya dari perjalanannya ke Yunani dan Siprus.
"Ini adalah gaya sekularisme yang encer, air suling. Tapi ini adalah sesuatu yang selama ini tidak berhasil," imbuhnya seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (8/12/2021).
Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa Uni Eropa (UE) harus berhati-hati untuk tidak mengambil jalur kolonisasi ideologis, karena ini bisa berakhir dengan memecah belah negara dan menyebabkan UE gagal.
Dalam dokumen internal setebal 32 halaman, yang diumumkan oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pekan lalu, para pejabat Eropa direkomendasikan untuk menggunakan bahasa inklusif untuk mengurangi formulasi yang terkait dengan gender, etnisitas, dan orientasi.
Secara khusus, karyawan diminta untuk menyebut periode Natal sebagai "musim liburan", karena orang memiliki tradisi dan kalender agama yang berbeda. Selain itu, teks dokumen tersebut berisi rekomendasi untuk mengabaikan salam “tuan dan nyonya”, menggantinya dengan “rekan-rekan yang terhormat.”
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait