Nissa Rengganis Rilis Buku Puisi 'Suara dari Pengungsi'

Dede Kurniawan
Nissa Rengganis mengeluarkan buku puisi Suara dari Pengungsi (Foto : Istimewa)

KOTA CIREBON, iNews.id - Penulis buku puisi asal Cirebon, Nissa Rengganis kembali mengeluarkan buku puisi yang di beri judul 'suara dari pengungsi' yang mana bumi ini diterbitkan oleh langgam pusaka pada Oktober 2021 silam.

Buku Antologi puisi “Suara dari Pengungsian” adalah upaya dari Nissa Rengganis untuk merekam tragedi kemanusiaan yang tampak “telanjang” di hadapan kita.

Suara-suara itu tak bisa diredam. Semakin kita menghindar, semakin nyaring terdengar. 

"Ada 50 judul puisi dalam “Suara Dari Pengungsian” yang mengajak para pembaca memasuki ruang-ruang gelap para pengungsi. Potret buram nasib para pengungsi di Rohingya, Suriah, Palestina, hingga suara paling sunyi milik tentara anak Sierra Leon yang tengah berperang," ujar Nissa, Senin (15/11/2021).

Dikatakan Nissa, setiap detik, konflik dan bencana alam memaksa kita semua untuk mengungsi di negara mereka sendiri. Pengungsian dipengaruhi oleh banyak hal, dimulai dari persoalan konflik, kekerasan, bencana alam, hingga masalah ekonomi.

"Setidaknya dalam laporan Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC) dan Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) pada tahun 2020 di berbagai Negara mengalami peningkatan jumlah pengungsi. Angka ini jumlah tertinggi pengungsi baru yang dilaporkan dalam 10 tahun dan menjadikan jumlah total orang yang hidup dalam pengungsian internal di seluruh dunia mencapai 75 juta jiwa," katanya.

Ditambahkan Nissa, mengutip laporan dari Kepala NRC, Jan Egeland, saat ini pengungsi internal lebih dari dua kali lipat dari sekitar 26 juta jumlah pengungsi lintas perbatasan.

Konflik berlarut-larut seperti yang terjadi di Rohingya, Suriah, Afghanistan, Palestina, dan Republik Demokratik Kongo juga terus memaksa banyak orang untuk mengungsi. 

"Tak perlu jauh di Negara lain, Indonesia dengan banyaknya bencana dan konflik mencatat banyaknya pengungsi yang hidup di tenda-tenda darurat. Tsunami di Aceh, Gempa di Lombok, Palu, Padang, Jogja, dan banyak tempat lainnya. Para pengungsi terus bertahan hidup dengan segala keterbatasan. Persoalan ini terus menghantui hati nurani kita. Suara-suara dari orang-orang di tenda pengungsian terus meringsek masuk ke dalam pikiran kita. Menjelajahi sudut kamar, ruangruang pertemuan, kafe, hingga menjelma puisi," tutup nya.

 

Editor : Miftahudin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network