KOTA CIREBON, iNews.id - Dua tokoh Nasional yang hadir dalam puncak acara Muludan atau yang disebut tradisi panjang jimat atau pelal agung yakni Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti dan juga Sekjen DPP PPP Arwani Thomafi diberikan Pin Kesultanan Keraton Kanoman oleh keluarga Keraton Kanoman.
Penyematan Pin Kesultanan Keraton Kanoman sendiri dilakukan oleh Juru bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina, Selasa (19/10/2021) malam.
"Pin diberikan karena ketokohan beliau berdua saja yang sudah hadir dalam kegiatan adat panjang jimat atau pelal agung kali ini," ujar pustakawan Keraton Kanoman, Farihin.
Dikatakan Farihin, secara umum, prosesi panjang jimat atau pelal agung di Keraton Kanoman berjalan lancar dan tidak ada halangan berarti.
"Alhamdulilah berjalan lancar, prosesi sendiri dimulai Sultan Kanoman XII Sultan Raja Muhammad Emirudin memasuki ruang Prabayaksa Mande Mastaka diiringi istri Nyai Devi Emirudin," katanya.
Pada Pukul 21.00 WIB, lanjut Farihin lonceng Gajah mungkur akan dibunyikan sebanyak 9 kali, kemudian pengiring Patih yaitu Pangeran Kumisi dan Pangeran Muhammad Abdurrohim serta Famili menjemput Patih menuju Keputren. Sang Patih yang telah mengenakan Jubah Keemasan, surban putih dan mahkota kecil diiringi kedua Pangeran (pengiring) itu keluar dari Kaputren untuk melakukan hatur sembah kepada Sultan Kanoman di Prabayaksa, kemudian Patih menuju Blandongan duduk di Kursi yang telah dipersiapkan untuk menunggu iring-iringan Panjang Jimat dari langgar melewati Blandongan.
Patih Keraton Kanoman Pangeran Raja Muhammad Qodiran, kemudian akan bergabung dengan barisan pembawa Nasi Rasul dan Kaum (Ulama) berjalan dengan bersholawat di dalam hati karena Patih sejak keluar Keputren sampai kembali dari Masjid ke Bangsal Pejimatan tanpa berbicara sepatah katapun (laku bisu). Iringan akan melewati Lawang si Blawong yang hanya dibuka 2 kali saat iringan menuju Masjid dan kembali dari Masjid pada acara Panjang Jimat.
Di Masjid Agung Keraton Kanoman selanjutnya Patih bersama Famili dan abdi dalem khusuk mendengarkan pembacaan kitab Barzanzi (riwayat Nabi), berdzikir dan berdoa yang dipimpin Penghulu Keraton yaitu ulama yang ditunjuk Sultan sebagai penasehat agama.
Selesai acara keagamaan maka nasi kuning dan lauk ditempatkan pada keramik kuno bernama Panjang Suku, berupa wadah nasi berkaki empat. Sedangkan Piring Panjang digunakan saat berada di Masjid untuk menaruh nasi kuning sebelum dibagikan. Nasi kuning dan lauk kemudian dibagikan kepada famili, abdi dalem dan masyarakat dalam bentuk porsi kecil dalam plastik bening.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait